Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Sunday, April 22, 2012

FAKTOR NON TEKNIS

Hari ini (19/4) jam 01:45 WIB dini hari kita disuguhi pertandingan sepak bola yang sangat menarik yaitu semifinal Liga Champions antara Barcelona FC melawan Chelsea FC. Menariknya, pertandingan ini dimenangkan oleh Chelsea 1 – 0, di bawah pelatih barunya Roberto di Matteo.

Barcelona, yang terkenal dengan permainan tiki-takanya saat ini merupakan klub kesebelasan favorit tidak saja di liga domestik La Liga, Spanyol tapi juga di Liga Champions Eropa selama beberapa tahun terakhir. Barcelona adalah juara bertahan Liga Champions untuk periode 2010 – 2011, juga juara dunia Antar-Klub FIFA 2011. Selain itu, pemain-pemain Barcelona merupakan pemain inti dari kesebelasan nasional Spanyol yang menjuarai Piala Dunia Sepak Bola 2010 Afrika Selatan. Singkatnya, Barcelona adalah klub sepak bola jumawa yang disegani tidak saja di liga local tapi juga di liga tingkat Eropa serta dunia.

Sebaliknya, Chelsea tidak secemerlang Barcelona meskipun merupakan klub langganan 5 besar di Liga Primer Inggris dari musim ke musim. Klub ini “tidak konsisten” di liga local, tapi bagus kinerjanya di Liga Champions, demikian menurut Pep Guardiola, pelatih Barcelona, sehari sebelum pertandingan ini.

Mengapa Bisa Menang?


Di bawah pelatih lama, Andre Villas Boas (AVB), Chelsea terseok-seok di Liga Primer Inggris. Sebagai dampak lanjutan, per hari ini (19/4) posisi klub ini masih berada di peringkat 6 klasemen sementara. Saat itu, dengan alasan alih generasi, “para pemain tua” selalu dibangku-cadangkan, sebut saja misalnya, John Terry, Frank Lampard bahkan Didier Drogba, sang penentu kemenangan di pertandingan malam tadi itu. Kentara sekali bahwa dikesampingkannya para pemain senior itu menjadikan tim tidak termotivasi. Dari lansiran berita-berita media “peran” mereka di luar lapangan sangat mempengaruhi motivasi keseluruhan tim. Inilah factor non-teknis yang kelihatannya sepele namun ternyata berperan sangat vital.

Bagus dan sah-sah saja untuk dilakukan suatu penyegaran untuk mengantisipasi kondisi masa mendatang. Namun, langkah-langkah bijak kelihatannya harus dipertimbangkan sebelum men-justifikasi diri bahwa langkah yang ditempuhnya visioner. Inilah yang kemudian oleh Di Matteo dikembalikan kepada kondisi semula, menyertakan kembali “para pemain tua” itu dalam jajaran starting eleven serta melakukan strategi kombinasi dalam rangka memenangkan setiap pertandingan.

Alhasil, kemenangan demi kemenangan diraih mulai dari liga local dan sekarang ini Liga Champions. Bahkan, tidak menutup kemungkinan klub ini bakal masuk babak final liga ini. Para pendukung kesebelasan ini patut berbangga bahwa klub idolanya come back to the track of champions. Kekompakan tim yang mulai redup dihidupkan kembali, peran-peran di setiap lini yang tadinya loyo diberdayakan.

Transformasi Nilai Kebaikan

Menyimak hasil pertandingan ini, keterpurukan bukanlah suatu kondisi permanent yang menghambat geliat ke depan. Jika kita pandai mencari akar masalah – bukan mencari pembenaran – keterpurukan dapat dijadikan pelajaran bagaimana sebaiknya kita bersikap dan mengambil keputusan cerdas untuk suatu masa depan. Hal penting yang bisa kita yakini misalnya adalah bahwa keberadaan kita dalam hidup ini semata-mata untuk sebuah transformasi bagi nilai-nilai kebaikan, tidak peduli ada di posisi mana kita berada dan seberapa lama kita di posisi itu dan seberapa “kuat” kita merasa. Kita diwajibkan untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan itu melalui peran yang kita lakoni sekarang. Semakin baik posisi, semakin terbuka lebar kesempatan untuk melakukan upaya transformasi itu.

Seorang Umar bin Abdul Aziz dalam tarikh Islam disebut-sebut sebagai khalifah kelima. Penyebutan tinggi itu diberikan karena masyarakat yang sudah diliputi fitnah-fitnah pada masa akhir khulafaur rasyidin dikembalikan kepada kondisi semula, masyarakat madani yang saling menghargai dan taat peraturan.

Kita senantiasa butuh seorang Khalifah Umar “Kedua”, yang menempatkan nilai kebaikan sebagai acuan paling utama dalam memimpin. Masa kepemimpinan yang sangat singkat (kira-kira 2,5 tahun) bukanlah kendala untuk sebuah nilai kebaikan itu. Dan sejarah telah mencatatnya bagaimana prestasi seorang khalifah kelima ini.

Jika Chelsea sudah meninggalkan keterpurukannya dan beralih dalam kondisi “on fire” saat ini kitapun punya keyakinan bahwa jika niat kita luruskan kembali kita sangat mampu untuk “on fire” lagi dalam menghadapi kompetisi yang tidak bisa dibilang mudah.

So, mari luruskan niat, dan optimalkan ikhtiar kita … (Pak Hermansyah (alm))


(JS)

No comments: