Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Friday, May 9, 2008

MEMBAKAR SEMANGAT DI SANTA MONICA

Cuaca cerah mengiringi kepergian kami dari kantor Ancol di hari Sabtu (3/5) kemarin. Persiapan yang sudah dimulai sejak sebulan lalu dan dimantapkan kembali seminggu terakhir itu memungkinkan seluruh staff Ancol dan Tanjung Priok dapat mengikuti acara yang diselenggarakan oleh FPS Indonesia Jakarta, karena seluruh kegiatan eksportasi dapat diselesaikan pada Jum’at (2/5) malam. Bahkan Henry, newcomer bagian dokumentasi rela menginap-ria di kantor Ancol di malam Sabtu itu.


Bukan! Ini bukan terminal Baranangsiang lho!

Acara ini diberi tema “United We Grow”, berupa kegiatan outbond yang diadakan di Smart Camp Santa Monica, Pancawati, Bogor, Jawa Barat pada hari Sabtu dan Minggu, 3 dan 4 Mei 2008.

Berangkat pada jam 08:30 kedua bis yang beriringan itu tidak mendapat hambatan di sepanjang tol dalam kota dan tol Jagorawi. Hambatan mulai terasa saat memasuki perapatan Ciawi sampai Pasar Cikeretek. Kendaraan melaju dengan merayap. Mungkin karena sopir yang kelelahan akibat jalan yang merayap itu maka satu bus kami sempat kebablasan hingga sejauh beberapa ratus meter dari jalan akses menuju Pancawati. Akibatnya, kami harus turun ramai-ramai sambil menunggu bus yang hendak memutar balik.







Mau mudik Mas? Pan, belum lebaran? Maaf, saya bukan TKI Mas!


Sekitar jam 11:30 kami telah tiba di lokasi yang posisinya paling ujung di antara camp-camp yang bertebaran di kawasan tersebut. Setelah melakukan penyesuaian dengan lingkungan dari rasa jetlag yang menyeruak di antara kegembiraan itu kami makan bersama di pendopo utama komplek learning center tersebut.

Biar bertampang TKI Sukabumi, tapi kami mbawa semangat lho!



Selanjutnya, setelah meyelesaikan “ishoma” kami menuju lapangan untuk peregangan otot-otot yang dilanjut dengan tracking menyusuri sungai kecil di bukit sekitaran camp yang merupakan kaki Gunung Pangrango itu.

Jalur yang sedianya dapat ditempuh dalam waktu 2 jam ternyata mundur karena ada beberapa peserta yang boleh dibilang “katrok” menghadapi medan yang lumayan curam itu. Dari yang jalannya macam siput sampe yang super keseleo kakinya sehingga harus ditandu. Tidak cuma itu, cuaca yang mendadak tidak bersahabat dengan turunnya hujan deras itu menjadikan instruktur memerintahkan sebagian peserta khususnya kelompok bagian belakang untuk tidak melanjutkan perjalanan. “Wis, aku kecewa berat nich, lantaran trackingnya nggak sampe tujuan”, kata salah seorang peserta yang bergabung belakangan.

Ada catatan yang menarik, ternyata di camp yang biasa disebut sebagai learning center ini muncul foto model dan kelompok foto model dadakan. Tidak ketinggalan, dilengkapi pula oleh para fotografer amatiran. Tapi jangan negative dulu! Sebab, ternyata gambar-gambar yang terekam pantas diusulkan di ajang pameran foto, minimal se Iska Niaga Darma grup.


“Kelompok” Panca-wati Para pecinta alam merangkap “pecinta” lensa kamera

Rasa lelah bercampur kegembiraan sangat-sangat membaur di malam itu. Apalagi saat tiba acara api unggun semua seakan larut dalam kehangatan suasana …

Api unggun telah menyala … api unggun telah menyala ….
Api … api… api, api, api …. Api unggun telah menyala ...

Api s’mangat telah menyala ... api s’mangat telah menyala ...
S’mangat... s’mangat ...., s’mangat, s’mangat, s’mangat ...
Api s’mangat telah menyala ....

Kehangatan suasana itu juga dilengkapi dengan keheningan suasana saat Pak Budi Satoto membawakan semacam puisi bebas berjudul “Bila saat ini adalah saat terakhir kita” yang kira-kira isinya koyak-koyak yang ada di amalan kita hendaknya ditambal sambil terus mengupayakan yang terbaik di sisi kuantitas dan kualitasnya. Tak ada jaminan bagi “cukupnya” amalan kita itu selain dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk terus meningkatkan kuantitas yang dibarengi kualitas amalan kita itu.

Teram tam tam .... Fieeeessta ..... selesai pulalah acara api unggun yang sebelumnya juga diisi beberapa fun games.

Selanjutnya, acara santai di pendopo utama dengan dihibur oleh organ tunggal dari grup “Faisal Entertainment” tapi yang asli sono .... bukan para Faisal-nya FPS/Internusa. Malah para-Faisal kita itu tidak kelihatan berjoget di depan. Tidak jelas alasannya, tapi mungkin agak kurang sreg takut bersaing-saingan ...

***

Meskipun udara tidak terlalu dingin, malam telah terlewati dengan damai dan dilengkapi dengan tidur yang teramat lelap. Namun demikian, di ujung cottage sana ternyata ada “kelompok bengal” yang dari investigasi lapangan baru tidur setelah jam 03:30 dini hari setelah setengahan malam dihabiskan dengan bermain kartu. Tentu saja bermain dengan sungguh-sungguh bermain dalam suasana santai pula bukan bermain dengan tanda kutip. Record siapa yang unggul sengaja tidak ditampilkan di sini, harap maklum.

Hari ini menurut sekedul Panitia adalah outbond activities alias ritual outbond yang sesungguhnya, kenapa? Kata para keponakan, “karena nanti ada flying fox-nya”. Benar saja, sebelum ritual outbond dimulai para petugas sudah siap-siap dengan peralatannya. Maklum, di Cabang Surabaya sana ada kawan kita yang mengalami sedikit musibah saat ber-flying fox ria.





Kelompok “Bintang”, malamnya ‘dah ngimpi ... ciu..ciu..ciu

Permainan demi permainan dilalui, ada ice-breaking yang berupa lempar-lemparan bola; ada magic stick yang “susahnya” minta ampun; lalu ada electric-web; serta tentu saja flying fox.


Mejeng dulu ah, mumpung difoto gratis ... Wuuuussssss ....



Di akhir sesi acara outbond, dua games lagi disajikan. Masing-masing opposite-step beregu yang dimenangkan kelompok “Dispenser“ (nggak jelas penamaannya .... mungkin karena pengalaman bakal ada yang kehausan kali?); dan pemindahan obor melewati serangan musuh. Sangat mengasyikkan game yang terakhir ini karena “bom air“ sebagai amunisi musuh yang membasahi separoh lebih para pengawal obor ini menjadi penyegar di terik matahari. Tiga kali bolak-balik sebelum akhirnya obor sampai pada tempat yang telah ditentukan.

Hikmah dari permainan ini adalah bahwa adanya sebuah keniscayaan atau kemungkinan dalam setiap usaha meraih prestasi selalu ada saja gangguan bahkan serangan dari kompetitor. Namun, kita haruslah tetap bersikap ksatria dengan tidak membalasnya secara serta-merta sebagaimana dicontohkan dalam permainan ini yang sama sekali tidak dibolehkan adanya “serangan balasan“.

Pepatah mengatakan, “tidak ada pesta tanpa kesudahan“ dan acara dua hari itupun harus diakhiri, dan pendopo utama menjadi tempat pengakhiran acara ini. Dalam kata akhirnya di acara dua hari itu Pak Iskandar menyampaikan kata selamat menikmati pengalaman yang telah dilalui di Pancawati ini dan jadikan simulasi dari setiap fun games yang banyak berisi pembangunan team-work menjadi bekal bekerja sehari-hari sesuai tugas fungsinya. Pak Is juga menyampaikan ucapan sampai jumpa pada event outbound berikutnya. (Catatan Redaksi, tentu saja achievement first la yaw .... )



Miss Door-Prize FPS Jakarta



Akhirnya, penganugerahan predikat “Miss Door-Prize“ secara tidak formal diceletukkan kepada kawan kita Neri oleh karena keberuntungan yang terus-menerus memperoleh “significant door-prize” pada dua event terakhir yang diselenggarakan FPS Indonesia dan Iska Niaga Darma pada umumnya. Kali ini kawan kita itu mendapat first prize : mountain bike!

Sampai jumpa di event yang lain …..

Wassallam / Jaeroni Setyadhi.-


Post scriptum :
Mohon maaf dengan bahasa slank kepada semua-muanya, dan terutama untuk Pak Budi …. minta tolong judulnya yang sesungguhnya …. takut hari ini adalah hari ....