Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Thursday, August 27, 2009

KABAR BAIK DARI PEREKONOMIAN DUNIA

Rabu, 26/08/2009 10:27 WIB
oleh : Erna S. U. Girsang

Sinyal pemulihan ekonomi global semakin menguat setelah beberapa negara besar dunia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada pertengahan tahun ini yang ditunjukkan oleh membaiknya angka laju produk domestik bruto (PDB).

Arah perbaikan ini seolah-olah menjadi titik balik ancaman resesi yang mulai memanas sejak pertengahan 2007. Kondisi ini juga seakan memberi titik terang dari resesi terparah yang terjadi sejak Perang Dunia II.
Perlambatan ekonomi dunia begitu dalam telah membawa perekonomian dunia masuk ke dalam daftar peristiwa resesi dunia. Bahkan, resesi yang terjadi masuk katagori terparah sejak Perang Dunia II, di mana saat itu terjadi hiperinflasi di Eropa pada Agustus 1918-Maret 1919 akibat perang.

Betapa tidak. Selama resesi sejumlah indikator makroekonomi, seperti PDB, angka pengangguran, belanja investasi, kapasitas produksi pabrik, pendapatan rumah tangga, dan keuntungan usaha anjlok.
Situs resmi Departemen Keuangan AS menyebutkan Negeri Paman Sam itu telah masuk ke resesi pada kuartal I/2009 karena tumbuh negatif 3,3%, menyusul pertumbuhan minus 1,9% selama kuartal IV/2008. Adapun Jepang telah mengalami pertumbuhan negatif selama 5 kuartal berturut-turut hingga kuartal I/2009.

Secara beruntun, Australia, Selandia Baru, Singapura, Hong Kong, Malaysia dan kawasan Euro dianggap telah terjerembap ke jurang resesi.

Namun, untung saja ada kabar baik yang mulai terdengar pada pertengahan tahun ini. Secara serentak beberapa proyeksi ekonom menyatakan titik terendah dari krisis telah berlalu, meskipun belum ada kepastian mengenai fundamental pemulihan.

Bulan lalu, Bloomberg juga mengutip pernyataan Alan Greenspan, mantan Chairperson bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) yang menilai kebangkrutan ekonomi telah berlalu. Perekonomian AS, sumber resesi akibat kredit kepemilikan rumah murah (subprime mortgage), sedang mendekati stabilisasi.

Kebijakan memaksimalkan ekspansi moneter dan fiskal dinilai mulai membawa dunia keluar dari resesi. Dari sisi moneter, bank sentral ramai-ramai menurunkan suku bunga selama krisis dan saat ini masih bertahan pada rekor terendah.

AS menurunkan suku bunga rata-rata dari 2% pada 2007 menjadi 0,25% pada 16 Desember 2008 dan berlaku sampai sekarang. Tingkat bunga overnight Jepang diturunkan dari 0,5% pada 2007 menjadi 0,1% pada 19 Sesember 2008.

Kawasan Euro juga telah mengambil sikap serupa dengan menurunkan suku bunga acuan menjadi 1% pada 21 April 2009 dari 2,73% pada 2007. Akan tetapi, kebijakan yang sangat ekspansif ini tidak diikuti negara dengan ancaman inflasi yang masih tinggi, di sejumlah negara di Asia.

Dari sisi fiskal, pertemuan negara maju dan berkembang dalam Group of Twenty (G-20) di London, Inggris, awal April 2009, telah menyepakati stimulus anggaran minimal 2% dari PDB guna mendorong pertumbuhan.
Perdana Menteri Taro Aso sudah membelanjakan stimulus senilai US$263 miliar (25 triliun yen). Obama mengalokasikan dana penyelamatan sektor keuangan (Troubled Asset Relief Program/TARP) senilai US$700 miliar bagi 19 bank terbesar di AS.

Sementara itu, Presiden China Hu Jintao meluncurkan stimulus senilai US$586 miliar selama 2008 dan 2009. Pemerintah Australia memberikan US$10 miliar bantuan langsung tunai kepada rumah tangga dan berjanji menambah A$22 miliar untuk perbaikan infrastruktur. Sikap untuk mempertahankan dukungan fiskal pemerintah ini sepertinya masih akan berlanjut pada pertemuan G-20 berikutnya.

Kabar baik selanjutnya datang dari perekonomian Jepang yang semakin menguat sejak kuartal II/2009. Realisasi indikator ekonomi di sejumlah negara juga lebih baik dibandingkan satu setengah tahun terakhir.
Takahide Kiuchi, Kepala Ekonom Nomura Securities Co, bahkan meyakini ekonomi Jepang telah melalui kondisi terburuk.

Keyakinan tersebut tidak lepas dari laporan Pemerintah Jepang yang sebelumnya menyatakan negara itu untuk pertama kalinya dalam lima kuartal terakhir mengalami pertumbuhan positif pada kuartal II/2009. Pemulihan ekspor dan belanja konsumen telah mendorong PDB tahunan Jepang naik 3,7%.

Pengangguran AS

Meskipun ada sinyal kuat perekonomian global mulai keluar dari resesi, dunia tampaknya masih harus terus waspada dan mempertahankan langkah agresif. Di AS, tantangan muncul dari lonjakan angka pengangguran yang diperkirakan mendekati 10% pada akhir 2009.

Untuk mempertahankan kesinambungan kabar baik dari resesi ini, sejumlah negara masih perlu memberlakukan ekspansi moneter dan fiskal. Ini tecermin dari sikap bank sentral belum menaikkan buku bunga acuan.

Dari sisi fiskal, Menkeu Australia Wayne Swan pada hari lalu mengatakan pertemuan G-20 tingkat menteri yang dijadwalkan digelar pada 4 September 2009 akan menentang gagasan yang mengusung penghentian stimulus anggaran.

Pemulihan memang belum pasti terjadi, tetapi setidaknya, indikasi perekonomian dari berbagai penjuru dunia itu sudah memberikan kabar baik. Mari berharap sinyal pemulihan ini terus berlanjut.

(erna.girsang@bisnis.co.id)
bisnis.com

"http://web.bisnis.com/artikel/2id2458.html"