Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Tuesday, October 28, 2008

HOLA TO MADRID AS FAMOUS PACIFIC SHIPPING COMES TO TOWN

Famous Pacific Shipping, the fast-expanding Asia-based NVOCC and freight services provider, is holding its Annual General Meeting and Conference in Europe for the first time in Madrid, Spain between 26th and 29th October 2008.
Commenting on this break with tradition, Iskandar Zulkarnain, chairman of the FPS Group’s Executive Committee, said: “Our AGM and conference is being taken to Madrid at the invitation of the ITS Group, our partner in Spain. The decision to hold such an important meeting in Europe reflects the continent’s vital importance to the members of the FPS network across the globe.
The four-day event will provide attendees from around the world with an agenda of meetings, forums, one-to-one networking and social events. It gives members a great opportunity to plan and shape the future growth of the Famous Pacific Shipping group, in regards to network expansion and service development.
Adds Mr Zulkarnain: “The key to the success of an event like this is the opportunities it gives attendees to hear senior FPS executives report on the general performance of the group. Add to that the chance to meet fellow member companies from around the world over a tapas and you have the recipe for a successful event.
”It is anticipated that over 150 executives, representing group partners from around the world, will attend the conference.

Wednesday, October 22, 2008

EKSPOR TURUN, 40 FORWARDER DI JATENG TUTUP USAHA

Rabu, 22/10/2008 00:45 WIB
SEMARANG: Sedikitnya 40 anggota Gabungan Freight Forwarder dan Expedisi Indonesia (Gafeksi) Jawa Tengah menutup usahanya akibat sepi order, sementara permintaan pembatalan dokumen ekspor di Bea dan Cukai Semarang terus meningkat.
Ketua Gefeksi Jateng Soejanto mengatakan volume ekspor-impor dari Jateng ke berbagai negara di Asia dan Eropa dalam tiga bulan terakhir turun drastis hingga lebih dari 50%.
"Jumlah anggota Gafeksi di Jateng saat ini mencapai 222 perusahaan, 40 perusahaan di antaranya berhenti beroperasi, ke depan diprediksi akan lebih banyak," katanya kepada Bisnis, kemarin.
Menurut Soejanto, penurunan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor sejak krisis keuangan global tecermin dari penundaan pengiriman, meski kontrak ekspor sudah ditandatangani.
Dia menuturkan penundaan pengiriman itu merugikan penyelenggara jasa pengiriman karena semua biaya penyelesaian dokumen dibayar dulu oleh forwarder.
"Penundaan pengiriman ini membuat modal kami mandek karena biaya penyelesaian dokumen baru bisa ditagihkan ketika barang sudah terkirim," ujarnya.
Selain itu, banyaknya perusahaan forwarder asing yang beroperasi di wilayah tersebut semakin menekan pengusaha lokal di tengah ketatnya persaingan usaha.
Sebelum krisis, Soejanto memberikan gambaran, volume jasa penyelesaian dokumen ekspor dan impor di perusahaannya bisa di atas 300 peti kemas per bulan, tetapi sejak tiga bulan terakhir turun menjadi 50-60 peti kemas.
"Kondisi ekonomi saat ini lebih berat dibandingkan dengan krisis moneter 1998, karena waktu itu dolar AS tinggi, namun permintaan luar negeri juga tinggi, jadi menguntungkan eksportir Indonesia. Sekarang semuanya turun," ujarnya.
Direktur PT Indo Samudra Perkasa Abdul Azis mengatakan pihaknya kini hanya bisa bertahan, meski dengan keuntungan yang minim serta melobi pihak lain untuk negosiasi harga.
Perusahaan forwarder yang dominan melayani pengiriman furnitur ke berbagai negara di Eropa ini mengalami penurunan hingga 83% dibandingkan dengan sebelum krisis. Dalam sebulan, pengiriman biasanya mencapai 30 peti kemas, tetapi kini tinggal 5 peti kemas.
"Kami ini tidak bisa bermain sendiri, untuk mengirim dan mengangkut barang, kami subkontrakkan kepada usaha pelayaran, pihak Terminal Peti Kemas Semarang dan pihak lain, sementara yang kami pungut ini hanya jasa pengurusan dokumen," tuturnya.
Dia menambahkan dalam situasi seperti ini bertahan dengan keuntungan di bawah 10% saja sudah prestasi luar biasa.
Pembatalan
Sementara itu, pembatalan dokumen ekspor di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe A1 Tanjung Emas Semarang terus bertambah.
Pada Oktober 2008, sampai dengan minggu ketiga sedikitnya 25 eksportir menyampaikan permintaan pembatalan. (lihat table)
"Penyebabnya rata-rata sama, yaitu buyer mereka membatalkan pembelian secara mendadak," kata Kepala KPPBC Tipe A1 Tanjung Emas Beatus Hasibuan.
Menurut dia, mayoritas yang dibatalkan pengirimannya adalah tekstil dan produk tekstil (TPT) dan mebel mengingat kedua komoditas tersebut merupakan andalan ekspor Jateng selama ini.
Beberapa eksportir bahkan terpaksa menderita kerugian dua kali, karena telanjur telah mengirimkan barang ke pelabuhan dan terpaksa menariknya kembali.
Sebenarnya, menurut Beatus, kecenderungan naiknya angka pembatalan ekspor sudah terjadi sejak terjadi krisis perumahan di AS setahun terakhir. "Biasanya pembatalan ekspor hanya berkisar 1-4 berkas per bulan," ujarnya.
Kantor pelayanan kepabeanan rata-rata menerima sekitar 100-300 dokumen ekspor per hari.
Hery Setiyanto, pemilik Citra Jepara Furniture eksportir mebel, mengaku penurunan pesanan ekspor sebenarnya mulai dirasakan sejak krisis kredit perumahan di AS setahun belakangan ini. (k42/k44)
"Order ke AS memang banyak berkurang. Utamanya untuk produk kelas menengah bawah yang pesanannya menurun sampai 50%. Kalau produk kelas atas atau yang istimewa turunnya sekitar 10%-20%," paparnya.
Penurunan pesanan tersebut, menurutnya disebabkan oleh banyaknya toko mebel di AS berskala kecil yang gulung tikar karena sepi pembeli.
"Bahkan setidaknya 50% pengrajin di sentra mebel Jepara sudah gulung tikar. Yang bertahan lebih cenderung mengalihkan pasar ekspor ke negara Asia yang masih stabil," tambahnya.
Namun, menurut dia, krisis ekonomi AS bukan permasalahan tunggal eksportir mebel Indonesia.
Sejak lima tahun terakhir, ekspor mebel dari Indonesia mulai goyah karena belum siap mengantisipasi perubahan mendadak model mebel yang cenderung ke arah modern dan minimalis. (k42/k44)

Oleh Edy Barlianto
Bisnis Indonesia

bisnis.com

URL : http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/transportasi-logistik/1id84638.html

Tuesday, October 14, 2008

DI BALIK KESULITAN, ADA KEMUDAHAN

Andrie Wongso, seorang motivator asal Malang yang terkenal pernah mengatakan “Janganlah engkau lembek menghadapi kehidupan karena nantinya kehidupan akan keras kepadamu. Sebaliknya, “keras”lah kepada kehidupan agar engkau dapat menundukkannya”. Kalimat yang memotivasi ini kiranya relevan dengan semangat yang dijiwai oleh Para Climbers lewat program yang dinamakan Program CTP, climb to the top yang digulirkan sejak Oktober 2007. Sebuah semangat pantang surut seperti semangatnya para petugas pemadam kebakaran : pantang pulang sebelum padam!



Seberapa besar semangat yang telah ditransformasikan menjadi prestasi setidak-tidaknya telah ditunjukkan oleh para pendaki ini dalam dua pelantikan kenaikan tingkat dari hijau menjadi biru. Pelantikan pertama dilakukan pada 18 Juli 2008 bertepatan dengan pelaksanaan RTM-5, dan yang kedua pada 13 Oktober 2008.


Pada pelantikan yang kedua yang dilakukan setelah dilangsungkan rapat gabungan climber ekspor dan impor yang juga dihadiri oleh Dwi Asis Budianto, perwakilan climber Jawa Tengah dan Helmi Basalamah, perwakilan climber Jawa Timur serta seluruh anggota climber wilayah barat itu ditetapkan 3 climbers yang berhasil naik tingkat dari Green Level ke Blue Level, yaitu :

- Dahlia, Cargo Consultant FPS Jakarta
- Dicky Octavian, Cargo Consultant FPS Bandung, dan
- E. Yudhi Prihantoro, Seafreight Supervisor FPS Jakarta


Mereka berhak atas uang tunai masing-masing sebesar Rp 500.000,- dan menginap satu malam di Mercure Hotel, Jakarta atau Putri Gunung Hotel, Bandung.


Penggantian tag dari hijau ke biru (kiri ke kanan) : Dahlia, Dicky dan Yudhi di ruang rapat lantai 2 Ancol masing-masing dilakukan oleh Bpk. Hendratmoko, Bpk. Aep dan Bpk. Erwin Saropie


Pelantikan yang berlangsung dalam situasi ekonomi global yang memprihatinkan itu kiranya menjadi moment cukup penting di mana kita mencoba mengingatkan kembali keyakinan kita bahwa “sesungguhnya, di balik kesulitan itu ada kemudahan” sebagaimana disampaikan Bpk. Hendratmoko dalam memberikan sambutan pada acara pelantikan itu. Hal ini bukanlah isapan jempol karena krisis multidimensi tahun 1997 yang lalu juga telah dilalui oleh perusahaan yang berada di lingkungan Iska Niaga Darma itu dengan selamat sejak krisis hingga beberapa tahun sesudahnya.

Selain Bpk. Hendratmoko tim manajemen yang hadir dalam rapat gabungan climbers itu adalah Bpk. Aep Suparman, Bpk. M.Yasin dan Bpk. Farid Sudarno.




Suasana rapat gabungan climbers (ekspor, impor dan perwakilan climber Jawa Tengah dan Jawa Timur)

Menanggapi penghargaan yang diberikan oleh manajemen ini Dahlia, climber yang memperoleh volume tertinggi dari dua climber lainnya, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada manajemen yang telah memberikan perhatian atas prestasi yang diraihnya. Menurutnya. kunci keberhasilannya itu diawali dengan tanggapan positif atas program yang digulirkan dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk melaksanakannya. “Saya sih positif saja atas program-program yang ada, dan selanjutnya jalani saja”, demikian dikatakannya di sela-sela kesibukan setelah menerima reward ini. Lebih lanjut dia mengharapkan bahwa program yang lain bisa juga dijalankan untuk teman-teman di luar marketing meskipun pengukurannya agak susah karena banyak bersifat kualitatif. “Tanpa dukungan dan peran para supporting tak mungkin prestasi ini bisa diraih apalagi dipertahankan”, tambahnya menutup pembicaraan.

Tanggapan lain datang dari Yudhi yang meskipun bukanlah seorang Cargo Consultant secara definitif tapi tugas fungsinya sangat lekat dengan marketing. “Saya biasakan berdo’a sebelum berangkat kerja, kemudian coba perbanyak silaturahmi. Prospek itu bisa datang dari mana saja”, katanya. Dicky Octavian, Cargo Consultant yang belum begitu lama bergabung dengan FPS Bandung menambahkan bahwa keberhasilannya selain dengan memperbanyak dan mengintesifkan kunjungan (visiting) kepada prospek dia juga banyak melakukan e-selling.

Budaya Mutu
Pemberian penghargaan kepada climbers ini merupakan satu dari sekian penerapan budaya mutu di lingkungan perusahaan. Ada beraneka cara merapkan budaya positif ini. Pemahaman rangkaian antar-proses bagi setiap individu karyawan dalam bentuk “saling melayani” (vendor -> organisasi -> customer) sangat berarti bagi setiap pencapaian baik pencapaian lifting maupun kualitas hasil kerja bagi setiap proses. Kesadaran bahwa seluruh komponen organisasi (baca: perusahaan) merupakan satu tim (team work) adalah harga mati yang harus kita miliki bersama. Demikian juga kesadaran bahwa hasil kerja yang terbaik yang berasal dari proses yang tanpa cacat saja yang layak diteruskan untuk diproses lanjut. Yang terakhir ini jika ditemukan ketidaksesuaian maka sebagai “customer internal” Anda berhak menolak hasil proses kerja itu satu di antaranya dengan menerbitkan permintaan tindakan pembetulan (corrective action requests). Dan banyak lagi penerapan budaya ini yang digali dari value yang hendak ditegakkan di lingkungan kerja kita.

Masih Banyak Waktu
Program CTP yang sedianya berakhir pada akhir tahun ini (Desember 2008) oleh manajemen diperpanjang hingga Juni 2009. Manajemen juga berkomitmen untuk memberikan reward yang lebih menarik untuk program-program di masa mendatang termasuk dibukanya kesempatan bagi siapa saja yang berprestasi secara signifikan untuk menduduki posisi kepala cabang khususnya cabang baru untuk daerah yang sedang dibidiknya.

Selamat berprestasi, sukses adalah hak kita!!!


(JS)