Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Wednesday, October 17, 2007

3.500 Usaha Jasa Kepabeanan Terancam Gulung Tikar

10 Oktober 2007

JAKARTA, Bisnis Indonesia: Sedikitnya 3.500 perusahaan pengurusan jasa kepabeanan (PPJK) di Indonesia terancam tutup usaha menyusul kebijakan Ditjen Bea dan Cukai tidak memperpanjang batas waktu proses pemberian nomor pokok bagi perusahaan itu.
Musli Mulia, Ketua Umum DPP Gabungan Forwarder & Ekspedisi Indonesia (Gafeksi), mengatakan untuk menghindari timbulnya gejolak atas penutupan usaha PPJK itu, kemarin pihaknya telah mengumpulkan semua pengurus wilayah di Indonesia guna membahas masalah tersebut.
"Sebetulnya kami sudah mengajukan perpanjangan proses registrasi untuk mendapatkan nomor pokok PPJK kepada Dirjen Bea dan Cukai, tapi hingga kini belum dijawab," ujarnya kepada Bisnis.
Ketua DPW Gafeksi DKI Jakarta Syukri Siregar menilai batas waktu registrasi PPJK yang akan berakhir 17 Oktober 2007 sudah sangat pendek, padahal baru sekitar 400 PPJK yang sudah mendapat nomor pokok baru.
Menurut dia, dengan batas waktu yang sangat pendek itu ditambah lagi dengan libur panjang Lebaran, maka dipastikan banyak perusahaan PPJK yang tutup karena tidak bisa lagi melakukan kegiatan usaha.
Di sisi lain, Ditjen Bea dan Cukai dikabarkan menolak customs bond yang diterbitkan oleh enam perusahaan asuransi dan bank sebagai jaminan untuk mendapat nomor pokok bagi PPJK.
Dari enam perusahaan yang customs bond-nya ditolak itu, lima di antaranya adalah perusahaan asuransi, yakni PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Bumi Putra Muda, PT Asuransi Central Asia, PT Asuransi Indo Trisaka, dan PT Asuransi Berdikari, sedangkan satu lembaga keuangan lainnya adalah Bank BNI.
Sjukri mengakui ada laporan dari anggota Gafeksi bahwa customs bond yang diterbitkan oleh enam perusahaan asuransi dan bank sebagai jaminan untuk mendapatkan nomor pokok PPJK ditolak oleh Ditjen Bea dan Cukai.
"Saya belum memperoleh penjelasan apa alasan Bea Cukai menolak customs bond yang diterbitkan oleh enam perusahaan itu. Padahal, sebagian asuransi itu adalah milik BUMN," ujarnya.
Segera beralih
Meski demikian, Sjukri mengimbau kepada PPJK anggota Gafeksi untuk segera beralih ke perusahaan asuransi yang customs bond-nya bisa diterima oleh Ditjen Bea dan Cukai.
Alasannya, papar dia, dengan batas waktu registrasi PPJK yang sudah sangat pendek, diperkirakan banyak PPJK yang akan terkena pemblokiran karena tidak bisa memenuhi batas waktu yang ditetapkan itu.
Budi Wiyono, Direktur Eksekutif Gafeksi, mengungkapkan di DKI Jakarta terdapat 774 PPJK, namun baru 277 perusahaan yang sudah mendapat nomor pokok. Sementara itu, dari 4.000 PPJK di Tanah Air, baru 403 perusahaan di antaranya yang mendapat nomor pokok PPJK.
Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi ketika dikonfirmasi mengenai soal itu mengatakan penolakan atau pemblokiran terhadap perusahaan asuransi dan bank itu biasanya dilakukan karena perusahaan tersebut pernah tidak memenuhi kewajibannya.
"Namun, untuk pastinya coba Anda menghubungi Hanafi Usman [Direktur PPKC]? yang menangani soal customs bond," ujarnya.
Sebaliknya, Direktur Perencanaan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai (PPKC) Hanafi Usman mengatakan bukan Bea Cukai yang menolak menerima customs bond yang diterbitkan oleh enam perusahaan asuransi dan bank itu.
"Justru asuransi itu sendiri yang tidak mau memberikan jaminan terhadap perusahaan PPJK," tandas dia.
Menanggapi hal itu, Masli mengatakan Ditjen Bea dan Cukai harus memberikan penjelasan resmi soal penolakan customs bond tersebut. "Kami akan berusaha mencari tahu apa alasan Bea Cukai menolak customs bond tersebut," katanya.
Beberapa waktu lalu, menanggapi surat Gafeksi yang meminta perpanjangan masa registrasi, Dirjen Bea dan Cukai menyatakan tidak akan menunda masa registrasi PPJK yang berakhir pada 17 Oktober 2007.

Wednesday, October 3, 2007

IKUT DI PROGRAM ”CTP” LAKSANA BERADA DI DUNIA BARU

Di tahun kedua sejak kehadirannya di bisnis freight forwarding, PT FPS Indonesia mulai membenahi kinerja marketingnya dengan meluncurkan program yang diberi nama ”Climb up to the peak (CTP)”. Pada hari Jum’at, 28 September 2007, Tim yang dibentuk dari personel marketing pilihan itu secara resmi dilantik oleh Hendratmoko (Hendi) selaku Direktur PT FPS Indonesia.

Pemberian nama yang diputuskan secara aklamasi pada pagi hari menjelang dilantiknya Tim yang masing-masing pesertanya disebut sebagai ”climber” ini antara lain dilandasi oleh : Pertama, agar terlihat modis tapi memiliki greget yang melukiskan sebuah upaya (effort). Kedua, usaha pencapaian puncak (peak) secara berjenjang memungkinkan individu atau tim melakukan konsolidasi untuk menuju puncak berikutnya. Dan ketiga, penjenjangan yang didasari oleh falsafah hari ini haruslah menjadi hari yang baik, besok menjadi hari yang lebih baik, dan lusa adalah hari yang paling baik.

Program ini lain dari program sebelumnya. Betapa tidak? Dalam program CTP ini terdapat hal-hal baru seperti pemberian nama “climber”, adanya penjenjangan, name tag, game, dan pelantikan.

Hendratmoko (Hendi), Direktur PT FPS Indonesia, dalam sambutan pengarahannya mengatakan, ”Pembentukan Tim Climber dalam Program CTP ini antara lain sebagai upaya mewujudkan peningkatan produktivitas setiap individu di perusahaan apalagi bagi seorang marketing. Seorang customer servicepun dituntut untuk mengkreasikan pola kerjanya sehingga tercipta sebuah bisnis”.

Lebih lanjut beliau mengatakan, ”Pekerjaan marketing sesungguhnya adalah pekerjaan yang menantang, banyak ditawarkan dan di luar negeri justru banyak dicari oleh pencari kerja. Dengan program ini (red: CTP), diharapkan ada pencerahan khususnya bagi peserta program sekaligus diharapkan mampu meraih jenjang yang lebih tinggi.” Ditambahkannya bahwa Tim dalam program ini mengemban tugas khusus (special tasks) yang harus diraihnya.


Meraih Jiwa Climber
Dalam program ini marketing dilukiskan sebagai seorang pendaki gunung. Ada tiga karakter pendaki gunung :

1. Quitter
Seorang Quitter mengkompromikan hidupnya. Ia lebih memilih cara kerja yang mudah-mudah saja, yang tanpa gejolak. Jika dalam usaha meraih tujuan menghadapi kesukaran, ia cenderung lebih mudah terkena depresi, atau frustasi.

2. Camper
Seorang Camper juga mengkompromikan hidupnya, namun dia bekerja keras. Kerja kerasnya itu hanya sebatas yang mampu dia lakukan. Sebenarnya kesuksesan bisa diraih lebih baik lagi, tapi dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.

3. Cimber
Tipe orang ini, ia akan terus mendaki sampai puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh keuntungan atau kerugian, ketidakberuntungan dan keberuntungan. Ia juga cenderung tak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras, ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain untuk mencapai puncak kesuksesannya.



Penjenjangan
Program CTP dibagi dalam 4 jenjang yang masing-masing diidentifikasi melalui warnanya yaitu, hijau (green), biru (blue), hitam (black) dan emas (gold). Green climber adalah peserta pemula yang mengikuti program ini.

Untuk green dan blue climber jumlah pencapaian targetnya akan dievaluasi setelah berjalan enam bulan. Bagi green climber yang mencapai target yang ditetapkan secara konsisten akan naik jenjang menjadi blue climber sedangkan untuk blue climber akan naik menjadi black climber. Black climber dan gold climber evaluasinya dilakukan untuk periode satu tahun penuh. Jika berhasil dalam program ini black climber akan naik menjadi gold climber dan bagi gold climber akan memperoleh promosi khusus dari perusahaan.


Pelantikan
Sebelum pelantikan, acara diisi oleh sebuah permainan (game) yang diikuti oleh seluruh peserta program sebagai sebuah tim. Tugas tim ini adalah membuat bangunan atau menara setinggi-tingginya dari sedotan minuman (straw) dengan dibatasi waktunya yang hanya tujuh menit.

Ketiadaan koordinasi pada awal pembuatan menjadikan bangunan yang sudah dibuat bersama sempat dikonstruksi ulang. Ada kira-kira 3 menit waktu terbuang akibat pembuatan ulang bangunan tersebut. Setelah diadakan perubahan seperlunya sekaligus membagi peran kepada para anggota tim maka terciptalah sebuah bangunan baru yang lebih kokoh dari sebelumnya.
















Ketiadaan koordinasi pada awal pembuatan menjadikan bangunan yang sudah dibuat bersama sempat dikonstruksi ulang. Ada kira-kira 3 menit waktu terbuang akibat pembuatan ulang bangunan tersebut. Setelah diadakan perubahan seperlunya sekaligus membagi peran kepada para anggota tim maka terciptalah sebuah bangunan baru yang lebih kokoh dari sebelumnya.




Permainan yang dilakukan merupakan simulasi tentang segala sesuatu yang bakal dihadapi dalam mencapai tujuan program ini. Ada beberapa catatan dari proses pembuatan bangunan itu, yaitu :

- Tidak adanya perencanaan dan pembagian tugas yang jelas menjadikan gambaran bangunan yang akan dibuat menjadi kabur.
- Optimalisasi sumber daya tidak dilakukan sepenuhnya. Akibatnya, di samping kurangnya peran bagi peserta juga masih banyak material yang tidak termanfaatkan.
- Perubahan strategi dengan cepat dilakukan setelah ternyata bangunan yang dibuat pertama tidak memiliki “pondasi” yang kuat apalagi untuk sebuah bangunan yang tinggi.




Selanjutnya, tepat jam 10:30 pelantikan Tim Climber dilakukan dengan memberikan kalungan / identifikasi Climber oleh Hendratmoko (Hendi) dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat oleh undangan dari divisi / unit lain. Undangan dari divisi / unit lain yang hadir itu antara lain, Aep Suparman (GM PT Internusa Hasta Buana), Farid Sudarno (Divisi HR & GA Iska Niaga Darma) dan Hermansyah (Kepala Cabang Cikarang).

Program yang Mencerahkan
Beberapa pendapat dan komentar sekitar program ini dapat disimak pada alinea berikut.

Aep Suparman : ini merupakan strategi dan teknik mencapai pasar yang bagus; realisasi termasuk jika terjadi penyimpangan harus dikontrol dengan baik.

Farid Sudarno : jangan kalah sama Napoleon; Napoleon itu pendek tapi mampu menaklukkan dunia!

Hermansyah : bisa jadi ini adalah Tim yang ditunggu-tunggu; semua harus saling mendukung baik pimpinan maupun peserta.

Reni Siburian (Peserta Program) : dari simulasi yang diperagakan dalam game, peliputan, serta pengalungan identitas Climber kami seolah-olah masuk dalam dunia yang baru, mencerahkan!

Nasser Lisa (Peserta Program) : dari prospek yang jadi sasaran umumnya mereka cukup respek, ada juga yang masih menunggu untuk dipertimbangkan; tapi ada juga yang sudah setuju untuk dikunjungi.


(Jaeroni Setyadhi)