Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Friday, December 23, 2011

S A M P A H

Health & Safety Awareness


Membaca subjek di atas, bayangan kita pastinya adalah seonggok barang yang berada di velbak, bak atau tempat sampah atau mungkin yang teronggok di pojokan pasar yang dikerubuti lalat dan dengan bau tidak sedap yang menyengat.

Anda tidak salah, tapi kali ini saya coba giring Anda pada sampah yang terdekat dengan kita sendiri yaitu :
1. sampah computer,
2. sampah dalam bentuk “waktu menunggu”, dan
3. sampah pembalut wanita !


1. Sampah Computer

Sangat sering sekali kita dengar teman kita atau mungkin kita sendiri yang komputernya mengalami masalah semisal hang, error atau data terhapus. Ternyata penyebabnya antara lain kita tidak pernah bertindak sebagai “tukang sapu” yang sebenarnya, yang dituntut untuk serajin mungkin membersihkan “halaman” computer, laptop atau gadget kita.

Sampah-sampah yang bisa kita identifikasi dari peralatan kita itu antara lain :
- onggokan SMS yang berbulan-bulan tidak kita hapus.
- onggokan incoming e-mail di mailbox Microsoft Outlook/Explorer kita.
- data-data lama yang sudah tidak relevan lagi dengan pekerjaan kita saat ini.
- foto-foto dokumentasi yang mestinya sudah dipindahkan ke media permanent (misal CD-ROM dsb.).
- file-file temporer dari kegiatan browsing di internet.
- program aplikasi tidak berguna yang tanpa sadar “nemplok” di computer/gadget kita.
- dan banyak lagi.

Sampah-sampah tersebut secara rutin mestinya dibersihkan. Kalau di rumah kita punya tukang sapu yang dipekerjakan untuk menyapu halaman rumah, maka untuk peralatan tersebut kitalah yang menjadi tukang sapunya.

Tips sederhana sebagai orang awam yang barangkali dapat Penulis berikan, antara lain :
1. Lakukan “disk clean-up” secara periodic (mingguan, bulanan, dst.).
2. Jika computer berjalan lamban, selain “disk clean-up”, lakukan “disk defragment”.

Mintalah teman yang paham untuk meletakkan dua aplikasi di atas di halaman desktop sehingga memudahkan menjalankannya.


2. Sampah dalam bentuk Waktu Menunggu

Sering kita dengar tentang “zero waste” atau terjemahan bebasnya “tidak ada sisa”. Zero waste dalam Kaizen adalah hal paling prinsip yang aplikasinya beragam bentuknya, salah satu yang kita kenal adalah “5S” (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) atau dalam istilah Bahasa Indonesia “5R” (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin), sebuah aplikasi untuk housekeeping.

Sampah merupakan “produk ikutan” yang dihasilkan selain produk utama dari suatu proses. Jika itu proses produksi barang, maka sampahnya akan berupa sampah-sampah baik yang masih bernilai ekonomis (skrap dsb.) maupun yang tidak bernilai ekonomis semisal emisi gas buang dari cerobong-cerobong di pabrik-pabrik.

Lalu, apa bentuk “sampah” dari proses-proses jasa yang kita lakukan sehari-hari? Jawabannya adalah “waktu menunggu”. Konkritnya adalah, jika proses pekerjaan yang kita kerjakan menimbulkan akibat orang lain (atau proses setelah Anda) harus menunggu lama, maka “waktu” bagi orang yang menunggu itulah “sampah” kita.

Semakin Anda membuat orang “lama menunggu”, semakin menggununglah sampah yang Anda hasilkan! Coba kita renungkan hal ini !


3. Sampah pembalut wanita

Persepsi positif kita selama ini barangkali bahwa para penghuni gedung bertingkat (seperti penghuni Graha Iska, Jakarta) budayanya setinggi bangunan itu sendiri. Ternyata kita keliru !!!

Teman-teman kita dari Divisi HRD/GA ternyata setiap kali harus MEMUNGUTI sampah pembalut wanita dari septic tank yang terdapat di gedung Iska tersebut. Bahkan, sekali waktu (maaf), celana dalampun harus dipungut dari septic tank agar alat penampung ini tetap berfungsi dan tidak kepenuhan.

Sejatinya Penulis tidak paham / tidak pernah tahu apakah dalam kemasan produk “Pembalut Wanita” terdapat tata cara mengelola sampah pembalut ini, tapi mestinya sih ada. Sebab, seumur-umur tidak pernah melihat ceceran sampah “yang paling menyebalkan” ini (termasuk di rumah) selain info yang disampaikan teman-teman kita itu.

Masalah sebenarnya adalah kembali kepada diri kita sendiri, apakah budaya “membuang sampah pada tempatnya” – TERMASUK SAMPAH PEMBALUT – sudah menjadi kepribadian unggulan kita. Apakah tuntunan agama, “Kebersihan adalah Sebagian dari Iman” menjadi salah satu alat untuk menuju ketakwaan dalam proses keberagamaan kita?

Semoga tulisan “vulgar” ini dapat dijadikan penyadaran kita bahwa mengumbar “kesebelan” yang sejatinya adalah milik kita sendiri (privat) dan tak seorangpun mengetahui adalah tindakan primitive, TIDAK BERBUDAYA dan mengganggu lingkungan.



Kita sudah sebal dengan berita bertahun-tahun bahwa banjir yang terjadi di kota-kota besar salah satunya diakibatkan oleh sampah. Jika kita ingin menyumbang untuk “mengurangi” sampah fisik yang dimaksud, mulailah membentuk budaya dari kita, kita luruskan : Membuang dan mengelola sampah terdekat kita dengan benar.


(JS)

PS. Mohon maaf kepada PARA PEMBUANG SAMPAH PEMBALUT SEMBARANGAN dengan menerbitkan tulisan ini, dengan tujuan untuk menghentikan tindakan yang tidak baik itu.