Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Friday, July 16, 2010

4 PENYEBAB BIAYA MAHAL LOGISTIK DIIDENTIFIKASI

07 Jul 2010

Peringkat RI merosot ke posisi 75
BISNIS INDONESIA

JAKARTA Gabungan Forwarder, Logistik, dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) mengidentifikasi empat penyebab mahalnya biaya penanganan logistik di Tanah Air sebagai rekomendasi yang segera disampaikan kepada pemerintah. Wakil Ketua Bidang Kepabeanan dan Kepelabuhanan DPP Gafeksi Hery Susanto mengatakan saat ini penanganan logistik di Indonesia berdasarkan biaya menempati urutan ke-75 di dunia atau merosot tajam dari sebelumnya di posisi ke-43.

"Faktor penyebab mahalnya penanganan logistik itu terkait dengan pelayanan di pelabuhan tidak efisien, penanganan dokumen kepabeanan, maraknya pungutan liar, dan buruknya infrastruktur logistik di dalam negeri," ujarnya dalam jumpa pers persiapan pelaksanaan Fiata Asia Pasifik kemarin.

Menurut dia, rekomendasi soal penanganan logistik di Indonesia itu juga akan diusung dalam forum International Federation Freight Forwarders Association (Fiata) Asia Pasifik yang digelar di Bali pada 14-16 Juli 2010. Forum itu akan diikuti oleh 200 peserta dari anggota asosiasi forwarder dan logistik di Asia Pasifik.

Hery menambahkan mahalnya ongkos logistik di Indonesia menjadi fokus bersama untuk dicarikan solusi dalam rangka menghadapi globalisasi sistem logistik di Asean yang terintegrasi dengan pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean atau Asean Economic Community (AEC) pada 2015. Dia menjelaskan pengintegrasian logistik Asean akan didukung dengan kebijakan liberalisasi logistik yang antara lain meliputi bidang usaha sea cargo handling (penanganan kargo laut), storage and warehousing (penyimpanan dan pergudangan), agen transportasi, jasa kurir, layanan paket, kepabeanan, broker kargo, inspeksi kargo, dan jasa dokumen transportasi.

"Kalau kita tidak siap, kita akan ditinggal. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan SDM logistik nasional yang bisa bersaing menghadapi globalisasi tersebut, di sisi lain pemerintah harus memangkas seluruh hambatan yang menyebabkan mahal-nya ongkos logistik," tegas Hery.

Dia mengungkapkan dalam waktu dekat Gafeksi juga akan menyiapkan kajian mengenai institusi yang paling banyak berkontribusi terhadap melonjaknya biaya logistik di Tanah Alr.

Lebih lama

Hery memaparkan waktu penyelesaian pengeluaran barang di pelabuhan Indonesia juga masih jauh lebih lama dibandingkan dengan beberapa negara di Asean.

Dia mencontohkan waktu penanganan pengeluaran barang di pelabuhan Singapura rata-rata hanya 0,8 hari dan Malaysia 1,7 hari, sedangkan di pelabuhan Indonesia membutuhkan waktu hingga 3 hari untuk barang yang masuk kategori jalur hijau dan lebih dari S hari untuk jalur merah.

Sekjen DPP Gafeksi Siti Ariyanti Adisoe-diro menambahkan Gafeksi selaku tuan rumah forum Fiata Asia Pasifik menargetkan hasil pertemuan itu dapat memberikan peluang dalam pengembangan jaringan bisnis logistik bagi perusahaan anggota Gafeksi.

"Kami [Gafeksi] juga harus mempersiapkan diri seiring dengan akan terbitnya blue print [cetak biru] logistik dan UU Multimoda Transportasi yang kini sudah memasuki tahap finalisasi," ujarnya.

Ariyanti memaparkan selain dihadiri oleh delegasi United Nation Economic and Social Commision for Asia Pacific (Unes-cap), forum Fiata juga akan diikuti peserta dari Brunei, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Kamboja.

Selain itu, ada peserta dari Laos, Kazakhstan, Tajikistan, Uzbekistan, Pakistan, Bangladesh, Nepal, India, Sri Lanka, Korea Selatan, Jepang, Mongolia, Taiwan, Hong Kong, Selandia Baru, dan Australia. kd (redaksi@bisnis.co.id)



http://bataviase.co.id/node/285699