Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Wednesday, December 24, 2008

Menyongsong 2009

MEMBEKALI DIRI DENGAN OPTIMISME DAN "SENSE OF CRISIS"

Sudah sering kita dengar bahwa apapun kondisi ekonomi sektor transportasi tetap dibutuhkan baik dalam kondisi ekonomi normal maupun dalam keadaan krisis bahkan pada negara dalam kondisi perang sekalipun. Lihat kawasan bergejolak seperti Timur Tengah mereka tetap membutuhkan sarana transportasi antara lain untuk mengangkut berbagai bantuan seperti bantuan kemanusiaan dan sebagainya.

Meskipun demikian, ancaman keberlangsungan bisnis ini tetap saja ada. Survey Frost & Sullivan yang dipaparkan Pak Iskandar Zulkarnain dalam pengarahan umum Rapat Tinjauan Manajemen ke-6 (RTM-6) tanggal 18 Desember 2008 mengindikasikan bahwa pasar Indonesia sangat potensial bagi bisnis transportasi dan ini dijadikan bidikan bagi pemodal (investor) asing yang pelan-pelan mulai mencengkeram bisnis ini.

Dikatakan dalam survey ini antara lain :

• Indonesian market for third party logistics in 2008 had revenues of US $1.75 billion. Market revenues are expected to grow at a CAGR*) of 12.1 percent to reach US $2.76 billion in 2012

• Market is likely to grow at the aforementioned rate due to the shifting of unorganized operators to organized sector

• Growth rate, however, is not very high because Indonesia is still a developing economy and requires a lot of improvement to translate itself into a high-growth market

Meski demikian kondisi krisis ekonomi global yang dipicu oleh krisis subrame mortgage di Amerika Serikat yang mulai memasuki masa resesi juga mempengaruhi kinerja dunia usaha khususnya sector logistic dan transportasi. Masa resesi ini diprediksi akan berlangsung lebih dari 3 tahun lamanya.

Antara Harapan dan Kerja Keras

Survey tersebut juga menggambarkan bahwa di sector logistic pada umumnya porsi peranan freight forwarder adalah sebesar 47,2% diikuti oleh transportasi (34,9%), warehousing (11,4%), jasa lain (4,4%) dan manajemen informasi (2,2%). Angka 47,2% peranan freight forwarding memberikan harapan akan besarnya kesempatan yang terpampang di depan kita.

Di antara harapan yang besar dan kondisi kurang menguntungkan itu kita semua tetap dituntut melakukan peningkatan (improvement). Di sesi pendahuluan RTM-6, para Kepala Cabang diminta mendeskripsikan rencana peningkatan dan pengembangan cabangnya dalam kurun waktu antara 1 s/d 5 tahun ke depan. Sesi pendahuluan ini berlangsung sejak Rabu pagi (17/12) hingga pukul 22:00. Kemudian dilanjutkan kembali pada esok harinya hingga pukul 12:00.

Rapat lengkap RTM-6 baru dimulai pukul 13:30 di hari Kamis (18/12) yang diawali dengan tinjauan kinerja penerapan Sistem Manajamen Mutu (SMM). Ada diskusi yang cukup menarik di sesi ini terutama terkait masalah kesadaran / kepedulian (awareness) yang masih rendah oleh sebagian besar level organisasi ditambah fakta temuan oleh pihak Lloyd (LRQA) berupa 4 temuan Major (Major Findings). Keempat temuan itu adalah sebagai berikut :

Masalah Tindakan Koreksi dan Pencegahan (Corrective and Preventive Actions) – CAR Harian.
Tidak dilaksanakannya Survey Pelanggan (Customer Survey).
Proses pengendalian/control dan pemantauan (Controlled and Monitoring Process) – Marketing/CC, dan
Kompetensi dan pelatihan karyawan.

Dalam Executive Report-nya Lloyd antara lain juga menggarisbawahi (hal 3/18) bahwa :

- Implementation of the system is not compliant with the requirement of ISO 9001:2000.
- Commitment and quality awareness from top management to staff
has to be improved.

Temuan dan komentar di atas merupakan barometer bagi kita sekaligus mengharuskan kita memperbaharui komitmen semua level organisasi dalam penegakan SMM khususnya dan perbaikan kinerja pada umumnya.


Para peserta RTM-6 dari 12 Cabang dan Tim Manajemen di depan Hotel Panorama, Lembang

Sesi berikutnya adalah pemaparan dan diskusi program-program. Program Climbers yang merupakan program unggulan di dua tahun terakhir mencatat beberapa prestasi berupa kenaikan tingkat dari para anggotanya. Jawa Tengah yang kurang menonjol di program ini telah bertekad untuk melanjutkan upaya mengembalikan direct-consol yang sempat kosong di paruh awal 2008 namun sudah dimulai kembali sejak Juli 2008. “Penegakan” kembali bisnis konsolidasi ini diyakini akan menggairahkan program climbersnya yaitu untuk wilayah tengah.

Program lain yang masih menunggu realisasinya adalah direct-consol import antar-cabang dengan antara lain memanfaatkan sinergi dengan program climbers import dan juga deal-deal yang didapat dari AGM (annual general meeting) 2008 FPS Group.

Cabang Medan yang pengelolaannya secara intensif telah dimulai sejak Mei 2008 menambah motivasi para peserta RTM khususnya para kepala cabang. Pak Nico Kalangi, kepala cabang sekaligus sebagai sesepuh telah berusaha memetakan posisi Cabang Medan di antara para kompetitornya. Tercatat bahwa Cabang Medan menempati peringkat ketujuh untuk konsol import sementara itu untuk eksport menempati peringkat keempat masing-masing dengan 1 TEUS dan 2 TEUS per bulannya.

Antara Reuni dan Kebersamaan

Ada suasana unik dalam RTM kali ini, selain dari lokasi rapat yang berlatar panorama pegunungan juga diwarnai sentuhan etnik dan antic seolah-olah mengingatkan peserta untuk menjelajah kembali masa-masa yang telah lewat atau sekedar mengendorkan syaraf yang sekembali ke kantor asal bakal kembali dengan kesibukan rutin. Tercatat ada beberapa peserta yang merupakan “alumni” dari Kantor Cabang Bandung, sebutlah penulis sendiri, lalu ada Pak Hasto, Pak Nico, dan Pak Hermansyah yang sekarang berada pada posnya masing-masing.

Pemandangan lain adalah meskipun perubahan staf Cabang Bandung sudah demikian rupa tapi rupanya keramahan mereka tidak berubah sebagai urang-sunda yang serasa pas dengan slogannya “Gemah Ripah Repeh Rapih” yang artinya Makmur Sentosa Sederhana Rapi. Mereka -- seluruh staff -- mendedikasikan untuk menghibur para peserta selepas menyelesaikan agenda rapat di hari kedua itu.

Tidak ketinggalaan pula “sumbangan vocal” oleh Pak Iskandar yang meskipun merasa bukan ahlinya ikut menyemarakkan suasana malam yang dingin diguyur gerimis itu. Ada juga band dadakan yang beranggotakan duo Pak Hendi (organ) - Pak Budi (vocal) yang meskipun beberapa lagunya sempat berakhir pada “missing lyrics” namun menambah rasa kagum bagi para audience. Dan terakhir, grup band dadakan pula yang beranggotakan Pak Hasto (gitar), Pak Hendi (bas) dan Pak Hendro (organ) mengiringi para “penyanyi” silih berganti. Yang terakhir ini meskipun iramanya tidak jelas arahnya tapi mampu melupakan gojlokan rapat khususnya yang berlangsung di hari pertama bagi peserta khususnya yang kepala cabang.

Rekomendasi RTM-6

Ada 3 rekomendasi yang dihasilkan dalam rapat tinjauan kali ini untuk dilaksanakan, yaitu :

1. Optimalisasi, berupa identifikasi area industri, memperbesar market-share dan penempatan wakil di area potensial.
2. Sell the House, penawaran seluruh produk Iska Niaga Group dan kalau memungkinkan jalankan bisnis baru.
3. Ekspansi, berupa pembukaan cabang-cabang baru seperti Makassar, Batam dan Bitung.

Akhirnya, baik rekomendasi maupun diskusi-diskusi bermuara pada sebuah komitmen : KOMITMEN UNTUK SUKSES yang berwujud :
H a r a p a n
A f i r m a s i **)
B e k e r j a, dan
B e r d o ’ a
Jakarta, 23 Desember 2008
Jaerony Setyadhi
Catatan :

*) CAGR : Compound Annual Growth Rate, lihat definisinya di www.investopedia.com/terms/c/cagr.asp
**) Afirmasi adalah pernyataan terbuka untuk menstimulasi otak kita.
Afirmasi Iska Niaga Darma Group :


Hari ini…
Saya bekerja sungguh-sungguh dan ikhlas
Saya yakin akan luasnya rizki ilahi
Saya berkarya terbaik
Saya menolong sesama
Saya hidup sebagai IbadahAmien

Wednesday, December 3, 2008

MELIHAT PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

Adanya keinginan manajemen untuk memberdayakan Para Auditor termasuk keinginan agar auditor bekerja dengan sesungguhnya sesuai dengan standar-standar yang menjadi acuan (minimal ISO 9001:2000 dan ISO 19011:2002), memiliki kompetensi (kemampuan mengaudit) serta menunggu realisasi dari komitmen manajemen tentang pemberdayaan tersebut mengusik saya untuk membuat tulisan ini sebagai bahan wacana kita bersama.

Adapun respon terhadap komitmen itu berbentuk pada improvisasi pelaksanaan audit di lapangan. Jika di waktu-waktu yang lalu proses audit sepertinya berjalan searah yaitu persepsi auditor yang ditujukan melulu pada auditee, maka kali ini auditee diberi kesempatan menilai auditor apakah mereka memiliki kecukupan kemampuan sebagaimana yang ditetapkan dalam parameter penilaian, yaitu :

(a). kompetensi (kemampuan mengaudit)
(b). manajemen waktu
(c). kemampuan komunikasi / investigasi
(d). sopan santun, dan
(e). manfaat temuan bagi divisi bersangkutan

Parameter (a), (c), dan (e) merefleksikan knowledge dan skill yang dimiliki auditor sementara parameter (d) dan (b) dikenal sebagai personnel attributes.

Secara keseluruhan pada saat pelaksanaan audit internal tanggal 25 s/d 28 November 2008, manajemen terhadap waktu boleh dibilang payah baik dari sisi auditee maupun dari sisi auditor. Para kepala divisi terkesan tidak membebaskan (para) staff yang ditunjuk sebagai auditee (pihak yang mewakili divisi untuk diaudit) untuk segera menyediakan waktunya begitu auditor tiba di tempat audit.

Di sisi lain, tim audit yang pada umumnya enggan mengaudit di hari pertama masih saja mengulur waktu pelaksanaan sehingga di rapat penutupan (closing meeting) masih belum bisa melaporkan hasil auditnya. Penguluran waktu oleh para auditor inipun kelihatannya antara lain “kurang dibebaskannya” mereka dari tugas sehari-hari.

Mengenai komentar Auditee dalam mengevaluasi kinerja auditor berikut beberapa tanggapannya :

“Cukup bagus dalam mengaudit dan cukup menguasai alur kerja”
“Kurang memahami prosedur yang ada sehingga pertanyaan cenderung melebar”
“Menguasai ruang lingkup divisi yang diaudit dan jeli dalam investigasi terhadap bukti audit”
“Bisa memberikan masukan tambahan buat perubahan yang dibutuhkan”
“Cara menyampaikan pertanyaan dalam mengaudit sangat baik”
“Lugas, tegas, dan dapat dipercaya”
“Kemampuan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditee masih perlu ditingkatkan”
“Ketepatan waktu pelaksanaan audit seharusnya diperhatikan”
“Perlu peningkatan kualitas auditor secara kontinyu”
“Penyampaian / komunikasi dengan auditee baik”
“Teliti dalam mengaudit”
“Terlalu aktif, terkesan mencari-cari kesalahan”
“Pemahaman standar masih harus ditingkatkan”
“Baik dan teratur dalam meneliti file-file yang diaudit”

Bagi para auditor, tentunya masing-masing bisa menilai apakah dirinya termasuk yang dikomentari positif ataukah malah negatif. Memang, penilaian tersebut tidak terlepas dari persepsi subjektif maupun objektif dari auditee. Bagi auditee yang menguasai betul standar yang menjadi acuan, tujuan serta teknik audit maka penilaian subjektif akan sedikit berkurang. Untuk sebaliknya, maka penilaian cenderung menjadi subjektif.

Kemudian dari pantauan lapangan masih saja ada staf yang “kabur-kaburan” saat dilakukannya audit. Mereka adalah yang rencananya ditunjuk sebagai auditee oleh kepala divisinya tapi pada waktu yang ditentukan tidak di tempat, entah itu “tugas luar”, “sakit”, “masih banyak tugas” dan sebagainya. Sehingga timbul kesan bahwa di area tertentu si fulan menjadi “langganan” sebagai auditee.

Melihat dari fenomena tersebut, pemahaman standar baik ISO 9001:2000 maupun ISO 19011:2002 sangat dibutuhkan baik oleh auditor maupun auditee sehingga keterlibatan seluruh elemen organisasi dalam penerapan sistem ini menjadi prinsip yang benar-benar dapat diterapkan. Singkatnya, sistem manajemen mutu (SMM) berlaku untuk keseluruhan level organisasi tanpa kecuali.

Dengan gambaran sekilas seperti tersebut di atas maka sekali lagi pemahaman dan persepsi terhadap standar masih sangat dibutuhkan oleh kita semua tanpa kecuali. Sejalan dengan hal ini maka budaya mutu yang menjadi ruh dari penerapan SMM ini termasuk dalam rangka membangun mental yang positif dari segenap elemen menjadi hal yang perlu dibenahi.

Jaerony Setyadhi
(Management Representative)

Tuesday, November 25, 2008

KERANG REBUS DAN KERANG MUTIARA

(Arti Jiwa Besar bagi Orang Sukses)

By : Supardi Lee

Ini cerita tentang kerang rebus dan kerang mutiara. Suatu kali ada seorang ibu kerang dan sepuluh anak-anaknya. Mereka sedang bermain-main di laut.

Tiba-tiba, seorang anak kerang berteriak. “Ibu, ibu, tolong, Bu.“
“Kenapa Nak?“ tanya ibunya.
“Aku kemasukan pasir, Bu. Sakit sekali”
“Tahanlah Nak. Keluarkan saja lendirmu. Lama-lama sakitnya pasti hilang.”

Sang anak kerang pun menuruti ibunya. Dari hari ke hari ia kesakitan. Ia terus kesakitan. Tapi ia tidak mengeluh. Ia terus mengeluarkan lendirnya menyelimuti pasir itu.

Ibu dan saudara-saudaranya yang lain ada yang menghibur sang anak kerang. Tapi kebanyakan malah meledeknya. Mereka mentertawakan dan nyukurin kesakitan sang kerang. Tapi sang kerang tetap bersabar.
Lama-lama, rasa sakitnya menghilang. Ternyata pasir yang masuk tubuhnya telah terselimuti oleh lendirnya. Ia tidak lagi merasa sakit. Ia pun bisa bermain-main lagi bersama ibu dan saudaranya.

Suatu hari datang nelayan. Ia berhasil memperoleh banyak kerang, termasuk sang kerang yang kemasukan pasir tadi. Kerang-kerang itu pun berpisah dengan ibunya. Betapa sedihnya kerang-kerang itu. Tapi tiba-tiba terdengar teriakan ibu kerang:

“Jangan bersedih anak-anakku. Inilah saatnya kalian berhenti bermain. Sekarang saatnya kalian memberi manfaat pada manusia. Itulah tujuan hidup kalian. Berilah manfaat yang sebesar-besarnya.“

Anak-anak kerang pun mengerti. Mereka mentaati ibunya. Mereka akan memberi manfaat yang terbaik bagi manusia.

Sang nelayan sampai di darat. Ia dan istrinya memeriksa kerang-kerang itu. Betapa senangnya ketika mereka mendapati ada satu kerang yang ada mutiaranya. Suami istri nelayan itu pun memanggil anak-anaknya. Budi dan Diah.

“Nah Budi, Diah, ayah menemukan kerang mutiara. Ayah akan menjualnya. Harganya sangat mahal. Uang hasilnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki rumah, dan biaya sekolah kalian.“

Budi dan Diah sangat senang. Tadinya mereka sangat sedih. Mereka ingin melanjutkan sekolah, tapi tidak ada biaya. Tapi sekarang, masalah itu bisa diatasi. Mereka sangat bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada sang kerang. Meski kerang itu telah mati. Budi dan Diah akan menguburkan sang anak kerang. Di atasnya ada tulisan :

“Kerang Mutiara. Pahlawan Budi dan Diah“

Bagaimana dengan saudara-saudara sang anak kerang? Mereka akhirnya direbus istri sang nelayan. Mereka dijual di pasar dengan harga Rp. 100,- per buah.
Begitulah kisah kerang mutiara dan kerang rebus ini.

Apa yang bisa kita pelajari? Ada beberapa.

Pertama : BERANI MENAHAN KESAKITAN

Sang anak kerang berhasil menjadi kerang mutiara. Ia berhasil memberikan manfaat yang besar bagi keluarga sang nelayan. Itu adalah hasil sikapnya ketika tubuhnya kemasukan pasir.

Sang anak kerang kesakitan. Tapi ia tetap bertahan. Ia terus berusaha. Ia tidak putus asa. Itulah pilihan sikap yang luar biasa. Banyak orang yang ketika ditimpa masalah, mereka lari dari masalah itu. Masalahnya tidak selesai. Bahkan masalah itu membesar. Itulah akibat lari dari masalah.

Banyak orang juga yang berhenti berusaha. Misalnya ingin jadi pebisnis sukses. Mereka sudah mulai berbisnis. Eh, di tengah jalan timbul masalah. Mereka berusaha menyelesaikannya. Tapi tidak selesai-selesai. Akhirnya mereka menyerah. Cita-cita ingin jadi pebisnis sukses pun terkubur dalam.

No Pain No Gain, kata orang bijak. Kita punya juga peribahasa bagus : “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”. “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”

Setiap kita pasti ingin mempunyai nilai diri yang tinggi. Apakah jadi pintar, kreatif, pengusaha sukses, artis terkenal, pejabat tinggi, jadi ulama besar, dan sebagainya. Keinginan itu bagus sekali. Anda harus mulai berusaha ke arah sana.

Yakinlah kalau di tengah jalan anda pasti berhadapan dengan masalah. Nah, ketika anda berhadapan dengan masalah itu, ingatlah cerita ini. Tanyakan pada diri anda : “Saya mau jadi kerang rebus atau kerang mutiara?”

Saya yakin anda ingin jadi kerang rebus. Karena itu, bangkitlah. Berusaha sampai sukses. Tahan kesakitan-kesakitan. Jadilah manusia disiplin. Meski disiplin itu menyakitkan, tapi hasilnya setimpal.

Makna kedua dari cerita itu adalah :
JADILAH MANUSIA TERBAIK. MANUSIA YANG MEMBERIKAN MANFAAT TERBAIK BAGI SESAMA.

Kerang mutiara telah berjuang keras. Ia melalui banyak rintangan. Ia bertahan. Karena itu, ia menjadi kerang yang bernilai tinggi. Ketika mutiaranya di jual, harganya tinggi sekali. Dengan nilai yang tinggi, ia bisa memberi manfaat yang tinggi pula.

Berbeda dengan kerang biasa. Nilai mereka jauh lebih rendah dari kerang mutiara. Karena nilainya rendah, manfaat mereka pun rendah.

Untuk itu, jadilah kerang mutiara. Kerang mutiara memberi manfaat jauh lebih banyak dari kerang rebus. Satu kerang mutiara bisa berharga ribuan kerang rebus.

Untuk bisa melakukan ini, kita harus punya pola pikir memberi. Jadi, kalau ketemu orang, pertanyaan dalam benak kita adalah: “Manfaat apa yang bisa saya berikan untuk orang ini?“

Pola pikir memberi adalah pola pikir hebat. Semua orang sukses melakukannya. Lihatlah orang yang punya perusahaan. Makin banyak orang yang diberi manfaat olehnya, makin sukses perusahaan itu.

Inilah salah satu rahasia orang sukses. Ini juga rahasia kenapa tidak banyak orang sukses. Tidak banyak orang yang berpola pikir memberi. Mereka berpikir sebaliknya. “Apa yang bisa saya dapat?”

Pola pikir:”Apa yang bisa saya dapat?” adalah pola pikir orang gagal. Ia akan bertindak sesuai pikirannya. Karena pikirannya gagal, tindakannya juga tindakan gagal.

Kenapa disebut pikiran gagal? Karena tidak menyenangkan berinteraksi dengan orang yang pola pikirnya begini. Akibatnya, tidak ada yang mau bergaul dengannya. Padahal sukses akan didapat melalui bergaul dengan orang lain.

Makna ketiga dari cerita ini adalah :
JANGAN PEDULIKAN HAL-HAL NEGATIF DARI ORANG LAIN

Ketika sang kerang kesakitan, ia diledek oleh saudara-saudaranya. Meski pun sakit, sang kerang mutiara diam saja. Ia tidak membalas perlakuan buruk saudaranya. Ia hanya terus berusaha agar kesakitannya hilang.

Ini sikap yang luar biasa. Bayangkan bila sang kerang justru membalas. Ia marah. Ia balas mengejek saudara-saudaranya. Apa yang akan terjadi? Sang kerang mutiara mungkin akan kehabisan tenaga. Ia harus bertahan dari kesakitannya dan marah. Sang kerang mungkin saja mati.

Ini terjadi dengan banyak orang. Mensikapi situasi buruk dengan marah. Misalnya anda seorang suami. Anda pulang ke rumah dalam keadaan lapar. Tubuh anda lemas tak bertenaga. Ketika anda buka lemari makan, ternyata tidak ada makanan. Apa yang akan anda lakukan pada istri anda di rumah?

Kebanyakan orang akan marah. Entah darimana tenaga marahnya. Tapi, ia bisa memarahi istrinya yang belum masak. Sebenarnya ia sedang membuang-buang tenaga percuma. Setelah marah, ia pasti merasa lebih lapar lagi.

Karena itu, berhentilah bersikap negatif pada orang lain atau suatu situasi. Pada orang dan situasi yang negatif sekalipun. Sikap terbaik pada orang negatif adalah justru bersikap baik. Sikap terbaik pada situasi negatif adalah belajar dari situasi itu.

Berilah orang, yang pelit pada anda. Tersenyumlah pada orang yang cemberut pada anda. Sapa dan kunjungi lah orang yang memusuhi anda. Beri hadiah. Kata orang bijak, “Seseorang disebut kuat, bila ia bisa menahan amarahnya.“ Anda pasti mau jadi orang yang kuat, kan.

Ada satu pendapat bagus dari Aa Gym. Kata beliau, kita harus berterima kasih pada orang yang memusuhi kita. Kenapa begitu? Karena, orang yang memusuhi kita adalah orang yang paling sering mengingat kita.

Hampir sama dengan orang yang mencintai kita. Karena itu berterima kasihlah.

Jangan dengarkan hal-hal negatif dari orang lain. Bila kita mendengarkan, maka kita akan jadi orang yang negatif pula. “Kita adalah apa yang kita dengar“.

Bila kita hanya mau mendengar hal-hal baik saja, maka kita hanya akan berpikir hal-hal baik. Bila kita berpikir hal-hal baik, kita hanya mengucapkan dan melakukan hal-hal baik. Begitu pula sebaliknya.

Hanya mendengar hal-hal baik, bukan berarti kita tidak mendengar hal-hal buruk. Tapi, bila kita mulai mendengar hal-hal buruk, kita menjauh. Atau kita berusaha memperbaikinya.

Misalnya, kita lagi ngobrol dengan teman-teman. Tiba-tiba, obrolan koq jadi ngomongin keburukan teman kita yang lain. Nah, saat itulah kita coba membelokkan kembali arah obrolan. Bila tidak mampu, kita yang menyingkir dari obrolan itu. Jangan malah tambah semangat.

Nah, dalam perjalanan anda menuju sukses, pasti ada orang yang justru menghambat anda. Kata-katanya negatif. Bukannya memberi semangat, malah melemahkan semangat. Bukannya memberi solusi, malah memberi masalah baru. Bukannya mendamaikan, malah ngomporin. Nah, saya sarankan jauhilah orang-orang seperti ini. bila anda terus berdekatan dengan orang begini, lama-lama anda akan juga jadi orang yang sama.

Hal keempat yang bisa kita pelajari :
BALASLAH PERBUATAN BAIK DENGAN PERBUATAN YANG LEBIH BAIK

Budi dan Diah, dua orang anak sang nelayan. Kedua anak ini menguburkan sang kerang dengan tulisan yang sangat mengharukan:

KERANG MUTIARA, PAHLAWAN BUDI DAN DIAH.

Tulisan itu menunjukkan, keduanya adalah anak yang tahu balas budi.
Karena jasa kerang mutiara, mereka berdua bisa melanjutkan sekolah. Mungkin bila tak ada kerang mutiara, pendidikan mereka akan terbengkalai. Itulah sebabnya, mereka sangat berterima kasih pada sang kerang.

Mereka anak-anak yang tahu balas budi. Mereka pun akan jadi ’Kerang Mutiara’.

Membalas perbuatan baik dengan perbuatan yang lebih baik adalah kunci sukses lain. Ia terbukti manjur. Bila anda menerima perbuatan baik dari orang lain, anda pun membalasnya dengan lebih baik. Kira-kira apa yang akan dilakukan orang itu? Saya yakin, ia akan memberi anda hal-hal baik lagi. Begitu seterusnya. Anda dan dia jadi orang baik. Bukan hanya itu, anda dan dia AKAN MENJADI ORANG BESAR.


http://www.pengembangandiri.com/articles/34/1/Kerang-Rebus-dan-Kerang-Mutiara/Page1.html

Thursday, November 20, 2008

CONTAINER HANDLING FEE REVOKED AFTER PROTEST

The Jakarta Post , Jakarta Fri, 11/14/2008 11:06 AM Business

After a fierce protest from shipping companies, the Ministry of Transportation temporarily revoked Thursday a new set of Terminal Handling Charge (THC) fees and returned to the old charges.

On Nov. 1, the ministry set new THC fees -- the charges exporters or importers have to pay to shipping companies -- at US$95 for a 20-foot container and $145 for a 40-foot container, lower than the previous charges of $117 and $177, respectively.

The ministry however kept the Containter Handling Charge (CHC) -- the fee the shipping companies have to pay to port administrators which is part of the THC -- unchanged at $83 for 20-foot containers and $124.5 for 40-foot containers.

The result was that the new regulations slashed the income of the shipping firms, who objected to this as soon as the changes were introduced. There were even reports that some shipping companies had refused to carry out their activities at the Tanjung Priok port, in protest at the new tariffs.

Tanjung Priok is the largest port in the country, where more than 60 percent of exports and imports take place.

Against that backdrop, the ministry revoked the new rules.

Herry Asmari, chief of the container division in the Indonesian National Shipowners Association (INSA), said the revocation was made after a meeting early in the day among representatives of INSA, traders and government officials.

Herry said that the ships are now allowed to use the old charges and issues related to a more permanent fee adjustment will be discussed further.

"We are very thankful and we respect their decision," he said.

Agus Barlianto, public relations manager of the Jakarta International Container Terminal (JICT) which handles a part of Tanjung Priok port, said shipping companies had begun resuming their operations immediately after the revocation decision.

"After the record detailing the decision was distributed this (Thursday) afternoon, ships started to collect containers from the harbor," Agus said, adding that dozens of ships had refused to operate earlier in the day and Wednesday. (dis)


http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/14/container-handling-fee-revoked-after-protest.html

INTERNATIONAL SHIPOWNER AGREE TO CUT THC

Zakki P. Hakim, The Jakarta Post, Jakarta

Global firms grouped under the Overseas Shipowner Representatives Association (OSRA) has agreed to cut the much-debated Terminal Handling Charge (THC) to between US$120 to $130 per 20-foot container (TEUs), according to a minister.

Minister of Transportation Hatta Radjasa said on Monday the shipping firms had finally agreed to cut the charge in Indonesian ports, following the government's commitment to reduce costs charged to importers and exporters, and eventually ease the high cost economy.

""They see that we are serious in removing the illegal costs in our ports,"" Hatta said of the reasons behind the international shipping lines' willingness to cut the THC despite the nation's relatively weak bargaining power.
Indonesia has little to bargain with as shipping activities in the country heavily depend on foreign shipping lines, leaving local traders with little option but to comply.

The minister said further meetings with stakeholders were still needed to determine the details and date of implementation of the new rate.

By definition, THC is a kind of surcharge a shipping line imposes on its customers, over an above the overall ocean freight rates, to help cover extra operational costs in terminals.

The local private sector has said that the surcharge was illegal as all costs should be included in ocean freight rates, while shipping lines claim that they need the surcharge to cover numerous ""invisible"" costs in Indonesian ports.

Local business associations said that the THC makes Indonesian goods less competitive on the international market.

Currently, shipping lines impose a THC of $150 for a 20-foot container and $230 for a 40-foot.

Earlier this year, a government's special team for improving trade relations recommended to the government to assist exporters and importers to negotiate with international shipping lines on the issue.

The special team, which consists of various stakeholder representatives in the shipping industry, recommended that THC should be limited to $120 per TEU.

THC was introduced in Europe in the 1980s on the request of European shippers.
Over time, the practice was also implemented in Asian ports including in China, Japan, Hong Kong, South Korea, Taiwan, Singapore, Malaysia, Thailand, the Philippines and Indonesia.

However, THC was imposed on practically all shipping customers across the globe during the Gulf War in early 1990s.

The argument was that shipping routes to Europe through the Middle East faced far higher risks, therefore aside from the freight rate, shipowners charged the additional fee known as THC.

The Gulf War is now over, but the conferences of shipowners have maintained the THC.


http://www.thejakartapost.com/news/2005/07/26/international-shipowners-agree-cut-thc.html

Thursday, November 13, 2008

KEPEPET VS IMING-IMING

Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi.
Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens.
"Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi. Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.
"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya..
"Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi.
"Semagaat...ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target.
Kemudian si manager bertanya,
"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?".
"Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi.
Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,
"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol.
"Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui.
Itulah yang disebut The Power of Kepepet. 97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan " Establishing Sense of Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan "VISI". "Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"
Jadi analisa kembali kehidupan Anda sekarang ini. Jika Anda tidak mengubahnya, rasa sakit atau kerugian apa yang akan Anda dapatkan dimasa mendatang. Saran saya, jika Anda berada di zona yang sangat nyaman untuk tidak berubah (tidak melihat ancaman), ciptakan sedikit trigger (challenge) misalnya berupa penambahan investasi rumah. Jangan beli rumah yang sesuai dengan kemampuan bayar Anda, tapi 'sedikit lebih' dari kemampuan Anda sekarang. Nah, dengan begitu Anda mau nggak mau dipaksa untuk mencari penghasilan tambahan atau mengurangi porsi pengeluaran yang tidak penting. Langkah kedua baru pikirkan nilai investasi itu 5 sampai 10 tahun mendatang, mungkin bisa sebagai solusi pembiayaan uang sekolah anak Anda kelak. Dengan meletakkan porsi dan posisi The Power of Kepepet dan Iming-iming secara tepat, Insya Allah kita akan selalu termotivasi. FIGHT!
Sumber : Jaya Setiabudi, di milis Marketing-Forum.

Tuesday, October 28, 2008

HOLA TO MADRID AS FAMOUS PACIFIC SHIPPING COMES TO TOWN

Famous Pacific Shipping, the fast-expanding Asia-based NVOCC and freight services provider, is holding its Annual General Meeting and Conference in Europe for the first time in Madrid, Spain between 26th and 29th October 2008.
Commenting on this break with tradition, Iskandar Zulkarnain, chairman of the FPS Group’s Executive Committee, said: “Our AGM and conference is being taken to Madrid at the invitation of the ITS Group, our partner in Spain. The decision to hold such an important meeting in Europe reflects the continent’s vital importance to the members of the FPS network across the globe.
The four-day event will provide attendees from around the world with an agenda of meetings, forums, one-to-one networking and social events. It gives members a great opportunity to plan and shape the future growth of the Famous Pacific Shipping group, in regards to network expansion and service development.
Adds Mr Zulkarnain: “The key to the success of an event like this is the opportunities it gives attendees to hear senior FPS executives report on the general performance of the group. Add to that the chance to meet fellow member companies from around the world over a tapas and you have the recipe for a successful event.
”It is anticipated that over 150 executives, representing group partners from around the world, will attend the conference.

Wednesday, October 22, 2008

EKSPOR TURUN, 40 FORWARDER DI JATENG TUTUP USAHA

Rabu, 22/10/2008 00:45 WIB
SEMARANG: Sedikitnya 40 anggota Gabungan Freight Forwarder dan Expedisi Indonesia (Gafeksi) Jawa Tengah menutup usahanya akibat sepi order, sementara permintaan pembatalan dokumen ekspor di Bea dan Cukai Semarang terus meningkat.
Ketua Gefeksi Jateng Soejanto mengatakan volume ekspor-impor dari Jateng ke berbagai negara di Asia dan Eropa dalam tiga bulan terakhir turun drastis hingga lebih dari 50%.
"Jumlah anggota Gafeksi di Jateng saat ini mencapai 222 perusahaan, 40 perusahaan di antaranya berhenti beroperasi, ke depan diprediksi akan lebih banyak," katanya kepada Bisnis, kemarin.
Menurut Soejanto, penurunan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor sejak krisis keuangan global tecermin dari penundaan pengiriman, meski kontrak ekspor sudah ditandatangani.
Dia menuturkan penundaan pengiriman itu merugikan penyelenggara jasa pengiriman karena semua biaya penyelesaian dokumen dibayar dulu oleh forwarder.
"Penundaan pengiriman ini membuat modal kami mandek karena biaya penyelesaian dokumen baru bisa ditagihkan ketika barang sudah terkirim," ujarnya.
Selain itu, banyaknya perusahaan forwarder asing yang beroperasi di wilayah tersebut semakin menekan pengusaha lokal di tengah ketatnya persaingan usaha.
Sebelum krisis, Soejanto memberikan gambaran, volume jasa penyelesaian dokumen ekspor dan impor di perusahaannya bisa di atas 300 peti kemas per bulan, tetapi sejak tiga bulan terakhir turun menjadi 50-60 peti kemas.
"Kondisi ekonomi saat ini lebih berat dibandingkan dengan krisis moneter 1998, karena waktu itu dolar AS tinggi, namun permintaan luar negeri juga tinggi, jadi menguntungkan eksportir Indonesia. Sekarang semuanya turun," ujarnya.
Direktur PT Indo Samudra Perkasa Abdul Azis mengatakan pihaknya kini hanya bisa bertahan, meski dengan keuntungan yang minim serta melobi pihak lain untuk negosiasi harga.
Perusahaan forwarder yang dominan melayani pengiriman furnitur ke berbagai negara di Eropa ini mengalami penurunan hingga 83% dibandingkan dengan sebelum krisis. Dalam sebulan, pengiriman biasanya mencapai 30 peti kemas, tetapi kini tinggal 5 peti kemas.
"Kami ini tidak bisa bermain sendiri, untuk mengirim dan mengangkut barang, kami subkontrakkan kepada usaha pelayaran, pihak Terminal Peti Kemas Semarang dan pihak lain, sementara yang kami pungut ini hanya jasa pengurusan dokumen," tuturnya.
Dia menambahkan dalam situasi seperti ini bertahan dengan keuntungan di bawah 10% saja sudah prestasi luar biasa.
Pembatalan
Sementara itu, pembatalan dokumen ekspor di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe A1 Tanjung Emas Semarang terus bertambah.
Pada Oktober 2008, sampai dengan minggu ketiga sedikitnya 25 eksportir menyampaikan permintaan pembatalan. (lihat table)
"Penyebabnya rata-rata sama, yaitu buyer mereka membatalkan pembelian secara mendadak," kata Kepala KPPBC Tipe A1 Tanjung Emas Beatus Hasibuan.
Menurut dia, mayoritas yang dibatalkan pengirimannya adalah tekstil dan produk tekstil (TPT) dan mebel mengingat kedua komoditas tersebut merupakan andalan ekspor Jateng selama ini.
Beberapa eksportir bahkan terpaksa menderita kerugian dua kali, karena telanjur telah mengirimkan barang ke pelabuhan dan terpaksa menariknya kembali.
Sebenarnya, menurut Beatus, kecenderungan naiknya angka pembatalan ekspor sudah terjadi sejak terjadi krisis perumahan di AS setahun terakhir. "Biasanya pembatalan ekspor hanya berkisar 1-4 berkas per bulan," ujarnya.
Kantor pelayanan kepabeanan rata-rata menerima sekitar 100-300 dokumen ekspor per hari.
Hery Setiyanto, pemilik Citra Jepara Furniture eksportir mebel, mengaku penurunan pesanan ekspor sebenarnya mulai dirasakan sejak krisis kredit perumahan di AS setahun belakangan ini. (k42/k44)
"Order ke AS memang banyak berkurang. Utamanya untuk produk kelas menengah bawah yang pesanannya menurun sampai 50%. Kalau produk kelas atas atau yang istimewa turunnya sekitar 10%-20%," paparnya.
Penurunan pesanan tersebut, menurutnya disebabkan oleh banyaknya toko mebel di AS berskala kecil yang gulung tikar karena sepi pembeli.
"Bahkan setidaknya 50% pengrajin di sentra mebel Jepara sudah gulung tikar. Yang bertahan lebih cenderung mengalihkan pasar ekspor ke negara Asia yang masih stabil," tambahnya.
Namun, menurut dia, krisis ekonomi AS bukan permasalahan tunggal eksportir mebel Indonesia.
Sejak lima tahun terakhir, ekspor mebel dari Indonesia mulai goyah karena belum siap mengantisipasi perubahan mendadak model mebel yang cenderung ke arah modern dan minimalis. (k42/k44)

Oleh Edy Barlianto
Bisnis Indonesia

bisnis.com

URL : http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/transportasi-logistik/1id84638.html

Tuesday, October 14, 2008

DI BALIK KESULITAN, ADA KEMUDAHAN

Andrie Wongso, seorang motivator asal Malang yang terkenal pernah mengatakan “Janganlah engkau lembek menghadapi kehidupan karena nantinya kehidupan akan keras kepadamu. Sebaliknya, “keras”lah kepada kehidupan agar engkau dapat menundukkannya”. Kalimat yang memotivasi ini kiranya relevan dengan semangat yang dijiwai oleh Para Climbers lewat program yang dinamakan Program CTP, climb to the top yang digulirkan sejak Oktober 2007. Sebuah semangat pantang surut seperti semangatnya para petugas pemadam kebakaran : pantang pulang sebelum padam!



Seberapa besar semangat yang telah ditransformasikan menjadi prestasi setidak-tidaknya telah ditunjukkan oleh para pendaki ini dalam dua pelantikan kenaikan tingkat dari hijau menjadi biru. Pelantikan pertama dilakukan pada 18 Juli 2008 bertepatan dengan pelaksanaan RTM-5, dan yang kedua pada 13 Oktober 2008.


Pada pelantikan yang kedua yang dilakukan setelah dilangsungkan rapat gabungan climber ekspor dan impor yang juga dihadiri oleh Dwi Asis Budianto, perwakilan climber Jawa Tengah dan Helmi Basalamah, perwakilan climber Jawa Timur serta seluruh anggota climber wilayah barat itu ditetapkan 3 climbers yang berhasil naik tingkat dari Green Level ke Blue Level, yaitu :

- Dahlia, Cargo Consultant FPS Jakarta
- Dicky Octavian, Cargo Consultant FPS Bandung, dan
- E. Yudhi Prihantoro, Seafreight Supervisor FPS Jakarta


Mereka berhak atas uang tunai masing-masing sebesar Rp 500.000,- dan menginap satu malam di Mercure Hotel, Jakarta atau Putri Gunung Hotel, Bandung.


Penggantian tag dari hijau ke biru (kiri ke kanan) : Dahlia, Dicky dan Yudhi di ruang rapat lantai 2 Ancol masing-masing dilakukan oleh Bpk. Hendratmoko, Bpk. Aep dan Bpk. Erwin Saropie


Pelantikan yang berlangsung dalam situasi ekonomi global yang memprihatinkan itu kiranya menjadi moment cukup penting di mana kita mencoba mengingatkan kembali keyakinan kita bahwa “sesungguhnya, di balik kesulitan itu ada kemudahan” sebagaimana disampaikan Bpk. Hendratmoko dalam memberikan sambutan pada acara pelantikan itu. Hal ini bukanlah isapan jempol karena krisis multidimensi tahun 1997 yang lalu juga telah dilalui oleh perusahaan yang berada di lingkungan Iska Niaga Darma itu dengan selamat sejak krisis hingga beberapa tahun sesudahnya.

Selain Bpk. Hendratmoko tim manajemen yang hadir dalam rapat gabungan climbers itu adalah Bpk. Aep Suparman, Bpk. M.Yasin dan Bpk. Farid Sudarno.




Suasana rapat gabungan climbers (ekspor, impor dan perwakilan climber Jawa Tengah dan Jawa Timur)

Menanggapi penghargaan yang diberikan oleh manajemen ini Dahlia, climber yang memperoleh volume tertinggi dari dua climber lainnya, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada manajemen yang telah memberikan perhatian atas prestasi yang diraihnya. Menurutnya. kunci keberhasilannya itu diawali dengan tanggapan positif atas program yang digulirkan dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk melaksanakannya. “Saya sih positif saja atas program-program yang ada, dan selanjutnya jalani saja”, demikian dikatakannya di sela-sela kesibukan setelah menerima reward ini. Lebih lanjut dia mengharapkan bahwa program yang lain bisa juga dijalankan untuk teman-teman di luar marketing meskipun pengukurannya agak susah karena banyak bersifat kualitatif. “Tanpa dukungan dan peran para supporting tak mungkin prestasi ini bisa diraih apalagi dipertahankan”, tambahnya menutup pembicaraan.

Tanggapan lain datang dari Yudhi yang meskipun bukanlah seorang Cargo Consultant secara definitif tapi tugas fungsinya sangat lekat dengan marketing. “Saya biasakan berdo’a sebelum berangkat kerja, kemudian coba perbanyak silaturahmi. Prospek itu bisa datang dari mana saja”, katanya. Dicky Octavian, Cargo Consultant yang belum begitu lama bergabung dengan FPS Bandung menambahkan bahwa keberhasilannya selain dengan memperbanyak dan mengintesifkan kunjungan (visiting) kepada prospek dia juga banyak melakukan e-selling.

Budaya Mutu
Pemberian penghargaan kepada climbers ini merupakan satu dari sekian penerapan budaya mutu di lingkungan perusahaan. Ada beraneka cara merapkan budaya positif ini. Pemahaman rangkaian antar-proses bagi setiap individu karyawan dalam bentuk “saling melayani” (vendor -> organisasi -> customer) sangat berarti bagi setiap pencapaian baik pencapaian lifting maupun kualitas hasil kerja bagi setiap proses. Kesadaran bahwa seluruh komponen organisasi (baca: perusahaan) merupakan satu tim (team work) adalah harga mati yang harus kita miliki bersama. Demikian juga kesadaran bahwa hasil kerja yang terbaik yang berasal dari proses yang tanpa cacat saja yang layak diteruskan untuk diproses lanjut. Yang terakhir ini jika ditemukan ketidaksesuaian maka sebagai “customer internal” Anda berhak menolak hasil proses kerja itu satu di antaranya dengan menerbitkan permintaan tindakan pembetulan (corrective action requests). Dan banyak lagi penerapan budaya ini yang digali dari value yang hendak ditegakkan di lingkungan kerja kita.

Masih Banyak Waktu
Program CTP yang sedianya berakhir pada akhir tahun ini (Desember 2008) oleh manajemen diperpanjang hingga Juni 2009. Manajemen juga berkomitmen untuk memberikan reward yang lebih menarik untuk program-program di masa mendatang termasuk dibukanya kesempatan bagi siapa saja yang berprestasi secara signifikan untuk menduduki posisi kepala cabang khususnya cabang baru untuk daerah yang sedang dibidiknya.

Selamat berprestasi, sukses adalah hak kita!!!


(JS)

Tuesday, September 16, 2008


PEKERJAAN PEMINDAHAN KANTOR
PT BLUESCOPE STEEL INDONESIA
Seakan tidak mau ketinggalan atas prestasi yang diraih unit usaha lain di lingkungan Iska Niaga Darma Group, kini giliran PT FPS Movers berhasil meraihnya. Minggu ini, PT FPS Movers telah melaksanakan pekerjaan pemindahan kantor (office relocation) PT BlueScope Steel Indonesia (dulu PT BHP Steel Indonesia) dari Gedung Deutsche Bank lantai 7 di Jalan Imam Bonjol ke lokasi baru di Gedung BRI II lantai 17 di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat.

Proses pemindahan ini melibatkan 4 tim yang tiap-tiap timnya terdiri dari 3 orang sehingga keseluruhan berjumlah 12 orang crew atau packers. Dikerjakan pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu pekerjaan ini bukanlah pekerjaan ringan. Ambil contoh misalnya saat crew harus mengangkat COMPACTUS yaitu sejenis lemari file dari besi yang beratnya 1,7 ton dengan volume sekitar 60 cbm.




COMPACTUS seberat 1,7 ton

Pengangkutan barang juga memperhatikan peraturan daerah yang tidak mengijinkan truk engkel melewati Jalan Thamrin – Sudirman sebelum jam 5 sore. Di samping itu, standar perlengkapan dan peralatan kerja termasuk standar keselamatan harus tersedia dan digunakan selama bekerja, seperti : baju khusus, helm, kaca mata, dan safety shoes. Singkatnya, standar movers yang berlaku secara internasional benar-benar dijalankan.

Gambar : Salah satu sudut kantor yang direlokasi (kiri) dan peralatan/perlengkapan kantor yang selesai dipak dan diberi label untuk diangkut dengan truk (tengah-kanan)

Total volume dalam pekerjaan ini adalah sebesar 650 cbm yang dikerjakan selama tiga hari sejak pengepakan sampai dengan pembongkaran di tempat yang baru. Dikawal oleh beberapa staff General Affair PT BlueScope Steel Ltd sekecil apapun kelalaian bakal dilaporkan ke head office-nya di Australia. Dan, syukur sesampai di lokasi baru barang-barang tiba dengan selamat tanpa timbul satu cacatpun.

Sebagai catatan tambahan, PT BlueScope Steel Indonesia adalah anak perusahaan dari perusahaan pembuat baja terbesar asal Australia, BlueScope Steel Ltd yang memproduksi baja untuk konstruksi dan industri dengan kapasitas produksi 300 ribu ton produk baja dalam setahun.

Selamat atas prestasi yang diraih oleh PT FPS Movers!

(JS)

Tuesday, September 9, 2008

PEMBIAYAAN MUAMALAT CAPAI Rp 10 T

08/09/2008 15:19

INILAH.COM, Jakarta - Pembiayaan Bank Muamalat hingga Agustus 2008 mencapai Rp 10,176 triliun atau meningkat 28% dibandingkan Agustus tahun lalu yang sebesar Rp 7,946 triliun.

Pembiayaan itu meningkat seiring dengan kemampuan bank itu menyalurkan pembiayaan, apalagi setelah menerbitkan obligasi syariah, Muamalat lebih memiliki ruang untuk ekspansi, demikian keterangan Bank Muamalat di Jakarta, Senin (8/9).

Penerbitan sukuk sebesar Rp 300 miliar oleh Bank Muamalat mendorong rasio kecukupan modal naik dari 11,6% menjadi 12,2%.

Bank Muamalat yakin mampu mencapai target pembiayaan Rp 12,5 triliun pada akhir tahun ini.

Sementara itu, untuk rasio pembiayaan terhadap simpanan (Financing to debt ratio/FDR) tercatat sebesar 107,24%, meningkat dibandingkan Agustus tahun lalu yang mencapai 104,39%.

Sedangkan FDR dengan modal tier I mencapai 91,53%, meningkat dibandingkan Agustus tahun lalu yang sebesar 89,13%.

Aset Bank Muamalat hingga 31 Agustus 2008 mencapai Rp 11,683 triliun, meningkat dibandingkan Agustus tahun lalu yang mencapai Rp 9,315 triliun. Sedangkan target hingga akhir tahun ini sebesar Rp 13 triliun.[L2]

http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2008/09/08/48546/pembiayaan-muamalat-capai-rp-10-t/

Monday, September 8, 2008

KENAIKAN SURCHARGE, SIMBOL KEKUASAAN PELAYARAN ASING

Jumat, 05/09/2008 11:26 WIB
oleh : Akhmad Mabrori

Jauh sebelum kemerdekaan, negeri ini pernah jaya di laut. Negeri ini juga cukup disegani dalam percaturan perdagangan melalui jalur laut internasional.

Setidaknya hal itu tergambar dalam sejarah kerajaan Majapahit (1293-1520 M) yang menguasai jalur pelayaran di Selat Malaka hingga berabad-abad lamanya. Konon pada zaman itu, strategi dagang melalui jalur pelayaran internasional juga mampu diatur oleh putra dan putri bangsa sendiri.

Kisah itu tinggal kenangan. Kini lebih dari dua pertiga wilayah Indonesia yang merupakan perairan, bahkan sering disebut sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia, ternyata salah urus dalam pengelolaan potensinya.

Secara geografis, letak perairan Indonesia dikenal memiliki posisi strategis bagi jalur pelayaran internasional, khususnya terhadap jalur perdagangan intra-Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Parahnya lagi, hingga saat ini pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia hanya dijadikan sebagai pelabuhan pengumpan atau feeder port. Artinya, pengapalan komoditas ekspor dan impor dari dan ke Indonesia masih harus transshipment di pelabuhan lain, seperti Singapura dan Malaysia.

Akibatnya, selain menambah waktu, kondisi ini menyebabkan tambahan biaya yang mesti ditanggung oleh pemilik barang akibat double handling. Komoditas ekspor impor nasional sulit bersaing di pasar global.

Ironisnya lagi, pemerintah Indonesia dinilai tidak lagi berdaulat atas kegiatan pengapalan ekspor impor yang notabene lebih dari 90% masih dilakukan oleh perusahaan pelayaran asing.

Selain akibat keterbatasan armada yang dimiliki perusahaan pelayaran nasional untuk angkutan ocean going itu, sejumlah perusahaan pelayaran nasional lebih suka menjadi agen atau perwakilan pelayaran asing yang beroperasi di dalam negeri.

Usaha keagenan kapal asing ini memang cukup menggiurkan dari sisi pendapatan yang bisa diraup daripada harus menyiapkan investasi armada kapal untuk angkutan internasional.

Surcharge naik
Kedaulatan Pemerintah Indonesia kembali dipertanyakan setelah sejumlah pelayaran asing menaikkan lagi surcharge atau biaya tambahan yang diakumulasikan dalam biaya terminal handling charge (THC) menyusul kenaikan jasa pelayanan peti kemas atau container handling charge (CHC) di terminal Pelabuhan Tanjung Priok mulai 1 September 2008.

Padahal, dalam surat edaran Menhub No.302/2005 disebutkan bahwa perusahaan pelayaran asing boleh memungut biaya yang mesti ditanggung pemilik barang atas kegiatan bongkar muat (stevedoring) peti kemas di pelabuhan atau THC untuk peti kemas 20 kaki sebesar US$95 per boks yang terdiri dari CHC US$70 dan surcharge US$25.

Untuk peti kemas 40 kaki, THC diberlakukan sebesar US$135 per boks yang terdiri dari CHC sebesar US$105 ditambah surcharge US$30.

Kini, perusahaan pelayaran asing dilaporkan tidak lagi berpatokan pada aturan itu. Hal ini dipicu oleh keluarnya Keputusan Direksi Pelindo II No. HK.56/3/2/PI.II-08 pada 11 Agustus 2008 yang menetapkan tarif CHC naik per 1 September 2008. CHC untuk peti kemas 20 kaki berlaku US$83 per boks dan peti kemas 40 kaki US$124,5 per boks.

"Kenaikan itu telah disetujui oleh seluruh pengguna jasa terminal peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok," kata A. Syaifuddin, Dirut PT Pelindo II.

Dia beralasan penetapan tarif CHC itu juga telah disetujui Menhub Jusman Syafii Djamal melalui surat rekomendasi Menhub No. PR.302/2/9/Phb pada 8 Agustus 2008. Sayangnya, penetapan itu tanpa diikuti dengan penetapan THC yang boleh dipungut pelayaran asing, sebagaimana yang pernah dilakukan Menhub sebelumnya melalui surat No. 302/2005 tentang THC.

Tarif bervariasi
Dampaknya sudah bisa ditebak. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian berusaha di Pelabuhan Tanjung Priok, karena pelayaran asing kini memungut tarif THC bervariasi yang di dalamnya terdiri dari CHC dan surcharge tanpa ada kendali dari pemerintah.

Untuk sementara ini, pelayaran asing memungut THC untuk peti kemas 20 kaki sebesar US$115 per boks yang terdiri dari CHC sebesar US$83 dan surcharge US$32, sedangkan peti kemas 40 kaki dikenakan THC US$161 per boks yang terdiri dari CHC US$124 dan surcharge US$37.

"Ketegasan Menhub sangat diperlukan karena ini bukan masalah kesepakatan atau B to B [business to business], tetapi wewenang pemerintah sebagai negara yang berdaulat," kata Toto Dirgantoro, Ketua Umum Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo).

Dia mengharapkan Menhub turut campur tangan karena tarif CHC yang merupakan komponen THC diatur oleh pemerintah, kenapa surcharge yang mendompleng pada tarif pelabuhan itu tidak diatur.

Depalindo bersama asosiasi pemilik barang lainnya bersiap melaporkan pungutan THC oleh pelayaran asing yang tanpa dasar itu ke kepolisian karena selain melanggar Kepmenhub No. KM 302/2005, kondisi ini berpotensi menimbulkan kekisruhan dalam aktivitas pelayananan jasa kepelabuhanan di Tanah Air.

Asosiasi itu juga menilai persetujuan Menhub Jusman Syafii Djamal ke Pelindo II dalam penetapan CHC itu merupakan penyimpangan dan tidak melibatkan seluruh pemangku kepentingan riil terkait di sektor kepelabuhanan dan pelayaran.

Sejumlah asosiasi lain dan pengguna jasa kepelabuhanan di Tanjung Priok juga mempertanyakan penaikan CHC yang berakibat terdongkraknya THC secara sepihak.

Suara mereka nyaris sama, yakni mendesak Menhub segera merevisi surat No. KM 302/2005 tentang THC yang diterbitkan Menhub sebelumnya.

Berharap turun
Menhub hanya berharap surcharge dapat diturunkan besarannya saat Pelindo II menaikkan tarif CHC. Dengan demikian, Penurunan surcharge akan menjadikan biaya THC tetap.

Sebagai tanggapan atas kenaikan surcharge, pemerintah berencana mengaudit biaya tambahan itu dengan melibatkan auditor independen guna memperjelas struktur biaya (cost structure) di pelabuhan.

Menhub menyatakan tidak sependapat dengan kenaikan surcharge yang dikutip oleh perusahaan pelayaran asing melalui agennya di Indonesia. Namun sayang, melalui surat rekomendasinya pada 8 Agustus 2008,

Menhub telanjur menyetujui kenaikan tarif CHC tanpa diikuti dengan keputusan penurunan atau penghapusan surcharge. (hwi) (redaksi@bisnis.co.id)

bisnis.com
URL : http://web.bisnis.com/artikel/2id1505.html

Tuesday, August 12, 2008

ANTUSIASME, MODAL BAGI TUMBUHNYA SELF-IMPROVEMENT

(Catatan dari Penyelenggaraan BFC-1 Jakarta dan Surabaya)


Ketika mengamati hasil Post Test Pelatihan Basic Freight Forwarding 1 yang diselenggarakan kantor pusat Jakarta beberapa waktu yang lalu, saya mencoba menghubungkan dengan “suasana hati” dari peserta yang memperoleh nilai yang tinggi pada saat pelaksanaan pelatihan ini. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran bahwa mereka yang memperoleh nilai tinggi adalah para peserta dengan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pelatihan ini. Terhadap mereka bukan saja apresiasi yang harus diberikan tetapi lebih dari itu kita mempunyai harapan bahwa kader yang memiliki wawasan keilmuan mengenai freight forwarder telah tercipta. Yaitu kader yang memiliki wawasan yang diharapkan mentransformasikannya dalam bentuk skill untuk menunjang pelaksanaan tugas fungsinya sehari-hari dalam bekerja.

Dari Smart People ke Smart Customer
Dalam pelatihan itu sekilas saya sampaikan bahwa studi-studi mengenai transportasi menunjukkan bahwa biaya transportasi dunia semakin menurun dari waktu ke waktu sejalan dengan efisiensi yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Artinya, harga jual freight juga akan semakin menurun yang bisa jadi berimplikasi pada menurunnya margin keuntungan. Bandingkan dengan ongkos angkutan umum dalam negeri (“ongkos angkot”) yang justeru mengikuti laju inflasi. Jika margin keuntungan dari penjualan freight ini diniscayakan menurun maka mau tidak mau di samping di tempuh langkah diversifikasi tapi juga penanaman kepada setiap karyawan pentingnya “nilai tambah” yang harus dimilikinya. Insan forwarding dituntut tidak saja menjual jasa multimodal transport saja tapi juga keseluruhan paket transportasi termasuk juga kemampuannya menjual “nilai tambah” tadi dengan bertindak sebagai advisor atau "consultant" transportasi. Inilah smart people yang dibutuhkan di setiap lini organisasi perusahaan ini.

Untuk tujuan itulah pelatihan freight forwarder yang insya Allah dibuat secara berseri ini dilaksanakan.

Lebih dari itu, bisnis transportasi yang dinamis membutuhkan tangan-tangan terampil yang senantiasa memiliki kemampuan yang compliant (=memenuhi) terhadap tidak saja perkembangan pesat transportasi tetapi juga geliat dan arah perdagangan dunia beserta segala aspeknya. Mereka itu harus mengetahui apa itu incoterms 2000, apa saja yang baru dalam UCP 600, apa saja pengecualian dalam coverage marine insurance, apa hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai Principal dan sebagainya dan sebagainya.

Di sisi internal, mereka senantiasa menumbuhkan budaya mutu, yaitu budaya smart yang bekerja sesuai dengan standar dan sasaran yang ditetapkan dan mencapainya dengan rasa tanggung jawab. Mereka di samping melayani “customer”-nya dengan sebaik-baiknya tapi juga mampu bertindak sebagai smart customer, yaitu pihak yang hanya menerima ke dalam prosesnya pekerjaan yang bermutu (benar, tidak cacat, tidak bermasalah, tidak mengandung penyelewengan dsb.) dan dengan cermat pula akan menolak pekerjaan yang tidak beres ke dalam prosesnya.

Antusiasme, Modal bagi Self-Improvement
Kembali ke suasana pelaksanaan pelatihan, di Cabang Surabaya pelatihan Basic Freight Forwarding 1 ini dilaksanakan pada 9 dan 10 Agustus 2008 lalu. Dari kuestioner yang dibagikan di akhir acara, 75% peserta (dari 20 responden) menyatakan mereka SUKA dengan format pelatihan seperti ini (kuestioner nomor 4). 70% dari mereka juga berharap bahwa pelatihan ini dapat menambah wawasan dan mendorong prestasi pada aktivitas kerja mereka (nomor 3). Dan, 65% peserta menganggap bahwa pelatihan seperti ini SANGAT PENTING (nomor 2).

Antusiasme peserta juga tergambar dari pernyataan mereka mengenai alokasi waktu yang disediakan. Beberapa menyatakan bahwa waktu yang dialokasikan kurang memadai (20%), bahkan ada yang menjawab tidak memadai (10%). Secara tertulis pada umumnya mereka menghendaki pelatihan ini dilaksanakan secara berkelanjutan. Catatan lain menyatakan, tempat penyelenggaraan dilakukan di tempat lain dari yang sekarang untuk pelatihan mendatang.

Gambaran antusiasme ini juga dituturkan oleh Taufiqurrahman, fasilitator pelaksanaan pelatihan ini. “Beberapa staf yang tidak diikutkan dalam pelatihan ini sempat bertanya, ‘kenapa saya tidak diikutsertakan?’”. Tentu saja, di samping ruang kelas yang terbatas, pelatihan ini juga akan tetap secara rutin dilaksanakan. Jadi, yang belum mendapat giliran akan didaftar untuk pelaksanaan tahun berikutnya.

Di dalam kelas, spirit para peserta dipompa dengan dilontarkannya yel-yel pada setiap awal tiap modul yang dipimpin oleh Sang Ketua Kelas, Soemantri. “Prok ...prok ... prok ........ FPS Indonesia .... prok...prok... prok........ luar biasa!”, demikian gemuruh tepukan tangan dan suara peserta mengantar instruktur yang tidak saja dari Surabaya sendiri (Bpk. Hasto Hanarto dan Hendro) tapi juga datang dari Jakarta (Bpk. Aep Suparman, Erwin Saropie, dan Jaerony Setyadhi).

Acara dua hari yang dibuka oleh Bpk. Aep Suparman, selaku GM Internusa Hasta Buana, dan ditutup oleh Bpk. Hasto Hanarto, Kepala Cabang Surabaya ini diikuti oleh 15 staf/karyawan Cabang Surabaya, 4 orang dari Cabang Denpasar dan 2 orang dari Cabang Semarang dan berlangsung di Hotel Pacific tidak seberapa jauh dari lokasi kantor Cabang Surabaya.

“Menu” pelatihan yang dibuat berdasar pada Standar Gafeksi (Gabungan Freight Forwarder – Ekspedisi Seluruh Indonesia) yang juga direkomendasi oleh UN-ESCAP (United Nation – Economic and Social Commission for Asia and Pacific) ini memang lengkap. Ke-serba-praktis-an materi yang dipresentasikan semata-mata memenuhi tujuan dari pelatihan dasar ini yaitu “memperkenalkan istilah dan definisi dan memberi dasar untuk tingkat lanjutan”. Jadi, jika ada peserta yang masih penasaran soal terlalu praktisnya hand-out (=oleh-oleh) untuk peserta maupu alokasi waktu yang tersedia silakan digali dalam keseharian tugas-fungsi peserta, didiskusikan di milis, dan dimantapkan dalam pelatihan seri mendatang.

Sampai jumpa di kelanjutan pelatihan ini.


(Jaerony Setyadhi)

Thursday, August 7, 2008

SMART CUSTOMER

Bila anda memiliki kesempatan untuk melihat pusat perbelanjaan atau mal, di sana akan dijumpai berbagai cara pedagang untuk menarik pengunjung. Yang umum terlihat adalah pemberian potongan harga alias diskon. Apakah semuanya laku? Ternyata tidak. Barang-barang yang dijual murah belum tentu laku, karena konsumen saat ini tidak akan membeli bila tidak benar-benar membutuhkannya. Selain itu mereka juga tidak akan membelinya bila barang tersebut tidak bermutu baik. Di lain pihak, walaupun barang tersebut bermutu baik, bila harganya kurang kompetitif, juga tidak akan laku.

Konsumen akan memperhatikan aspek mutu dan harga dengan sangat teliti. Yang dicari oleh mereka sebenarnya adalah value, yaitu kondisi yang sangat menguntungkan dilihat dari berbagai segi. Mereka menjadi tidak mudah terpancing oleh berbagai gimmick maupun bentuk tawaran lainnya. Konsumen seperti itu yang dikenal dengan smart customer. Mereka akan menelitinya dengan seksama sebelum memutuskan untuk membeli.

Produk dan Pelanggan

Berbicara mengenai produk atau output tentunya kita semua memahami bahwa produk atau output itu adalah hasil dari sebuah proses. Sama halnya dengan hasil kerja kita yang melalui suatu proses, itu juga merupakan produk atau output. Produk/output semacam inilah yang menjadi “konsumsi” dari pelanggan internal kita. Pengertian ”pelanggan” di sini mengacu pada pola pemasokan yang kita kenal yaitu :

Vendor / Supplier --> Organisasi / Perusahaan --> Pelanggan


Dari pola di atas, maka setiap staff yang juga merupakan penanggung jawab proses yang dilakukannya senantiasa berhubungan dengan Vendor (internal) di satu sisi, yaitu pelaku proses sebelumnya; dan Pelanggan (internal) di sisi yang lain, yaitu pelaku proses sesudahnya. Skema korelasi itu menjadi sebagaimana gambar di bawah ini.

Vendor / Supplier --> Organisasi / Perusahaan --> Pelanggan

Proses Sebelumnya -> Proses yang Anda Lakukan -> Proses Sesudahnya


Dalam kaitan produk dan pelanggan ini, ada dua aspek yang perlu diperhatikan. Aspek pertama, yaitu bagaimana para pelaku proses di dalam perusahaan dapat memahami perilaku pelanggan di luar perusahaan. Aspek kedua adalah bagaimana para pelaku proses tersebut berperilaku sebagai smart customer bagi proses sebelumnya.

Smart customer di dalam perusahaan memiliki dimensi yang sedikit berbeda dengan pelanggan di luar perusahaan. Pelanggan di proses berikutnya harus dapat mewakili kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Mereka tidak diharapkan bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri. Artinya, apapun yang dipersyaratkan kepada proses sebelumnya harus bermanfaat bagi proses di mana dia berada dan bagi kseluruhan proses yang lain.

Bila dulu setiap pelaku proses hanya dituntut untuk memahami persyaratan proses di bagiannya, maka kini mereka dituntut untuk memahami keterkaitan seluruh proses. Kesalahan yang diterima dari proses sebelumnya, pada kenyataannya tidak selalu dapat diidentifikasi di satu proses berikutnya, namun bisa saja baru diketahui di beberapa proses setelah itu.

Penerapan tindakan pencegahan yang sistematis sering bermanfaat untuk menghasilkan perilaku smart customer di dalam perusahaan. Salah satu metode yang sering dipergunakan adalah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), yaitu suatu metode untuk memprediksi ketidaksesuaian yang mungkin terjadi dan mencari langkah pencegahannya. Dengan memahami ketidaksesuaian yang mungkin terjadi, setiap orang akan berjaga-jaga dan lebih kritis terhadap produk yang diterima dari proses sebelumnya.

Di perusahaan yang menerapkan ISO 9001, peningkatan kepekaan mutu juga dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah auditor intenal. Auditor akan memahami persyaratan mutu dan bagaimana persyaratan tersebut harus dipenuhi. Semakin banyak orang yang memahami persyaratan tersebut tentunya semakin baik bagi perusahaan. Untuk itu, kita sering mendengar anjuran agar perusahaan memiliki jumlah auditor yang cukup. Tentu saja para auditor tersebut juga perlu terus mengasah kemampuannya, karena auditor yang melakukan pemeriksaan secara monoton tidak akan meningkat kepekaan mutunya. Proses audit mutu di perusahaan perlu dijaga suasananya agar tetap positif, bukan menciptakan geseran kepentingan yang dapat merusak kepekaan terhadap mutu.

Faktor lain yang sangat mempengaruhi pertumbuhan smart customer di dalam perusahaan adalah budaya mutu. Perusahaan yang memiliki budaya mutu yang kuat akan dengan mudah memperkenalkan sense of urgency untuk peningkatan kepekaan mutu. Dalam hal ini faktor kepemimpinan menjadi sangat penting. Budaya perusahaan tidak akan terbentuk dengan baik tanpa kepemimpinan yang positif. Kepemimpinan yang kurang berorientasi mutu akan sulit menghadirkan kepekaan mutu, terutama bila di dalam perusahaan banyak pihak yang ingin mempertahankan status quo.

Menciptakan budaya smart customer di dalam perusahaan saat ini sangatlah tepat. Tekanan dari pasar akan menjadi dorongan yang kuat bagi terbentuknya budaya tersebut. (AN)

Monday, July 21, 2008

Dari Rapat Tinjauan Manajemen V (RTM-V)
MEMBUDAYAKAN MENTAL DIALOG


Di akhir sesi hajatan rapat tinjauan manajemen kelima (RTM-V) seorang peserta mengusulkan tentang peserta yang diikutsertakan dalam rapat ini : “... mbok yao, rapat ini tidak usah melibatkan para penanggung jawab focus program mengingat dalam rapat ini terdapat juga issue-issue yang mungkin hanya menjadi konsumsi level manajemen ...”. Menanggapi hal ini Bpk. Hendratmoko selaku Direktur PT FPS Indonesia menyatakan bahwa hal tersebut tidak terlepas dari “sejarah”. Bahwa kehadiran para peserta RTM dan rapat-rapat sejenis di luar level manajemen antara lain dimaksudkan agar hal-hal yang harus diketahui segala level organisasi baik di pusat maupun cabang-cabang dapat tersosialisasi melalui para peserta ini, informasi bisa mengalir sampai ke tingkat bawah. Bpk Iskandar Zulkarnain selaku pucuk pimpinan Iska Niaga Darma menjelaskan lebih lanjut bahwa sudah saatnya kita membudayakan mental dialog. Segala masalah yang kita hadapi harus mampu dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait dalam perusahaan tanpa adanya “ewuh-pakewuh” untuk dicarikan solusinya. Wujud dari komunikasi ini juga termasuk penerbitan CAR (corrective action request) jika ditemui adanya ketidaksesuaian atau hal-hal yang dimungkinkan berpotensi pada penyimpangan dan sebagainya.

Tinjauan Manajemen, Tinjauan Seluruh Aspek Organisasi
Terkait dengan penerapan sistem manajemen mutu, pernyataan Pak Iskandar sangat relevan dengan rapat yang bertajuk “Rapat Tinjauan Manajemen” ini. Karena, sejatinya tinjauan manajemen mengakomodasi hal-hal yang terkait keberhasilan dan pencapaian dari seluruh aspek dan fungsi dalam organisasi sekaligus mendiagnosa dan mencari jalan keluar bagi ketidakefektifan atau ketidakefiseinan dari seluruh tingkat organisasi dari yang terendah sampai dengan tingkat tertinggi, yaitu top management. Bagi top management tentu saja berisi komitmen-komitmen tentang bagaimana sistem ini bisa diterapkan dan dapat dipahami dan dijalankan oleh organisasi tanpa kecuali.



Suasana rapat di kantor Atrium---------------------- Sesi tanya-jawab

---------------------------------
Pak Nico, memperkenalkan kantor Medan yang baru ______Kantor & Tim Medan


Program Climbers yang Mencerahkan
Dalam kesempatan rapat dua hari itu, yaitu Jum’at dan Sabtu, 18 – 19 Juli 2008, disisipkan juga acara pelantikan Kenaikan Tingkat Peserta Climbers Import yaitu dari “Green Level” ke tingkat “Blue Level”. Kenaikan tingkat ini didasarkan pada target yang telah dicapai berupa pencapaian 30 cbm kargo sebulan untuk tujuan tertentu yang menjadi target tim ini. Tampil sebagai peserta yang naik tingkat adalah Vinny Masyita (JKT), Ike Anggraeni (BDO), dan Arenia Siburian (JKT). Acara pelantikan berupa pelepasan green-tag dan pengalungan blue-tag masing-masing oleh Bpk Iskandar Zulkarnain, Bpk Aep Suparman dan Bpk Hendratmoko. Arenia yang tidak sempat hadir diwakili oleh Yudhi Prihantoro.

Para peserta yang naik tingkat ini berhak atas rewards masing-masing berupa :

- Voucher menginap satu malam di hotel (Mercure Hotel Jakarta (sea-view) atau Putri Gunung Hotel, Dago, Bandung (hill-view)), dan
- Uang tunai sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).



Vinny Masyita – FPS Jakarta****Ike Anggraeni – FPS Bandung ****Arenia yang diwakili Yudhi – FPS Jkt


Climbers yang Naik Tingkat

“Dengan program ini, yang saya merasakan timbulnya dorongan yang kuat bahwa ‘saya harus berubah’. Selain itu, program ini membuat saya pribadi termotivasi untuk terus berprestasi”, ungkap Vinny yang pencapaiannya melebihi dari dua peserta lainnya.

“Saya tidak tahu kalau saya diundang untuk pelantikan kenaikan tingkat ini. Saya juga melihat bahwa program ini dan juga sejenisnya akan mampu mengembangkan komunikasi di antara peserta. Di luar itu, apresiasi manajemen dalam bentuk pemberian rewards ini menambah semangat dalam bekerja”, demikian yang disampaikan Ike ketika didaulat memberikan tanggapannya selepas acara pelantikan ini.
Bentuk realisasi dari komitmen manajemen berupa pemberian rewards ini rupanya juga memberikan spirit baru baik bagi penanggung jawab program yang lain juga oleh para kepala cabang saat diajukan pertanyaan oleh M. Yasin, Team Leader Climbers Import tentang apakah sanggup dan yakin kenaikan capaian ini di masa mendatang sebesar 100%? Dan serentak dijawab oleh peserta rapat : Yakiiiiiiin!

Di samping pemberian rewards, di evaluasi akhir tahun nanti juga akan diberikan punishment bagi climbers yang tidak mencapai target, antara lain berupa penurunan tingkat atau dikeluarkan keanggotaannya dari tim unggulan ini.

Yang Menggembirakan dan Yang Memprihatinkan
Di rapat yang diikuti oleh seluruh kepala cabang termasuk cabang yang baru membenahi dapurnya yaitu Cabang Medan, penanggung jawab Focus Program dan, tentu saja, tim manajemen pusat itu tercatat beberapa prestasi yang cukup melegakan untuk periode semester satu 2008 itu. Prestasi itu antara lain tercapainya target net profit untuk sebagian besar cabang kecuali Cabang Bandung dan Solo, menurunnya prosentasi tagihan yang lebih dari 60 hari termasuk 3 cabang yang mencapai target (Jakarta, Bandung, dan Surabaya) serta tercapainya target beberapa peserta Climbers Import sebagaimana dipaparkan di atas.

Di balik prestasi itu, masih terdapat keprihatinan terkait penerapan SMM di cabang-cabang tersertifikasi termasuk Jakarta. Lemahnya pendokumentasian catatan-catatan dalam proses-proses internal organisasi baik berupa penerbitan CAR (corrective action requests) atas ketidaksesuaian maupun catatan terhadap keluah pelanggan masih ditemukan. Alhasil, tercatat penurunan dalam penerapan SMM ini baik dari segi pemenuhan sistem, kinerja proses, maupun pemenuhan alokasi sumber daya dibandingkan dengan evaluasi pada RTM-3 (Desember ’07) dan RTM-4 (April ’09).

Diskusi-diskusi yang mengemuka dalam sesi “Share Idea” tidak secara dini diketahui oleh pihak terkait lain di level manajemen atas beberapa masalah yang timbul oleh karena adanya kelemahan ini. Dan ini tentunya menjadi PR bagi kita semua menyangkut komitmen mengenai penegakan penerapan sistem ini di lingkungan perusahaan kita ini.

Timgab Pusat Mengalahkan Timgab Cabang
Selepas rapat hari pertama, pada Jum’at malam para peserta RTM yang tergabung dalam Tim Gabungan Cabang dijamu oleh Tim Gabungan Pusat bermain futsal di Arena Internasional Futsal “Galaxy” yang berlokasi di seberang kantor Ancol. Pertarungan sengit ini dimenangkan oleh Timgab Pusat dengan skor 9 – 1. Timgab Cabang dikapteni oleh Ahmad Syaifudin dari Cabang Semarang, sementara Timgab Pusat dikapteni oleh Yudhi. Kekalahan ini tidak dapat dihindari meskipun gawang Timgab Cabang sempat dijaga oleh Bpk Hendratmoko di menit ke 3 babak kedua. “Alhamdulillah, tim kita kalah tapi masih di dalam target, karena target kekalahan adalah 10 -1,” kata salah satu pemain Timgab Cabang sambil nyengir kuda. Balasan satu gol ini dilakukan oleh Ahmad Syaifudin di menit ke 4 babak kedua.




Tim Gabungan Cabang -----------------------Tim Gabungan Pusat

Timgab Cabang Diserang ------Hey ... oper bola kemari!

Mr. Tanimura (FPS-Sin)
memperkuat Timgab Pusat

Di sisi kemenangan Timgab Pusat, yang pemainnya banyak diisi oleh para muda dan “diperkuat” oleh Mr. Tanimura dari FPS-Singapore yang juga tergolong sangat muda itu, memberikan kesan bahwa fisik para muda kita yang berasal dari berbagai divisi termasuk operasional adalah para pekerja yang secara fisik siap bekerja keras menghadapi hari-hari di depan. Bravo Internusa F.C!

Penutup
Sebagaimana sering disampaikan di beberapa kesempatan, di akhir acara di hari Sabtu itu Bpk Iskandar sekali lagi mengharapkan agar FPS senantiasa mempertahankan prestasinya dan menjadi “the best among freight forwarder”. Yang terakhir ini tidak saja menjadi sebuah harapan tapi di beberapa kesempatan persepsi tersebut samar-samar terdengar di antara sesama forwarder. Demikian dikatakan Pak Is. Ya, semoga kita senantiasa termotivasi dengan prestasi yang kita raih selama ini dan di masa yang akan datang.

( JS )

Wednesday, July 16, 2008

FPS MOVERS ON HHGFAA

MOVING AND PACKING SERVICES


Dear Our Valued Customers,

Herewith we would like to announce that FPS MOVERS has become a new Member of Household Goods Forwarders Association of America, Inc.

Your Trust and Support has become valuable contribution to us in order to determine our Service Value to each customers and we are remain to continue to do so even better to reach an outstanding service performance in the future.

In July this month, FPS MOVERS re-launched its new chapter of Global Brand in Moving and Packing Industry which represent the largest Global Moving agents and Relocation companies from all over the world.

Its been very proud moment for us that you are continue to be with us and for being the Chapter of the next successful journey.

Thank you for your attention and Have a Wonderful Weekend.




"FPS MOVERS Your Reliable and Confident Moving Partner"



Member of Household Goods Forwarders Association of America, Inc.



________________________________________________________________________________________________________________________________________


FPS MOVERS proudly to continue and maintain its "Zero Risk Control" Program - the root of our Corporate Tradition to handle your shipment from time to time.

Our Primary Services Include:

Local, Domestic and International Moves
Packing Services
Custom Clearance
Warehousing

For further Inquiries for our Services, please contact our Marketing Manager:

FPS Movers and Packing Services
Graha Atrium, 8th Floor, Suite 801
Jl. Senen Raya 135,
Jakarta 10410, Indonesia

Tel : 62-21 3525003
Fax : 62 21 3524262
Cellphone : Desilina - 0813 8333 2854
E-mail : desilina@fpsmovers.com