Y O U R....V I S I O N....I S....O U R....M I S S I O N

Tuesday, November 25, 2008

KERANG REBUS DAN KERANG MUTIARA

(Arti Jiwa Besar bagi Orang Sukses)

By : Supardi Lee

Ini cerita tentang kerang rebus dan kerang mutiara. Suatu kali ada seorang ibu kerang dan sepuluh anak-anaknya. Mereka sedang bermain-main di laut.

Tiba-tiba, seorang anak kerang berteriak. “Ibu, ibu, tolong, Bu.“
“Kenapa Nak?“ tanya ibunya.
“Aku kemasukan pasir, Bu. Sakit sekali”
“Tahanlah Nak. Keluarkan saja lendirmu. Lama-lama sakitnya pasti hilang.”

Sang anak kerang pun menuruti ibunya. Dari hari ke hari ia kesakitan. Ia terus kesakitan. Tapi ia tidak mengeluh. Ia terus mengeluarkan lendirnya menyelimuti pasir itu.

Ibu dan saudara-saudaranya yang lain ada yang menghibur sang anak kerang. Tapi kebanyakan malah meledeknya. Mereka mentertawakan dan nyukurin kesakitan sang kerang. Tapi sang kerang tetap bersabar.
Lama-lama, rasa sakitnya menghilang. Ternyata pasir yang masuk tubuhnya telah terselimuti oleh lendirnya. Ia tidak lagi merasa sakit. Ia pun bisa bermain-main lagi bersama ibu dan saudaranya.

Suatu hari datang nelayan. Ia berhasil memperoleh banyak kerang, termasuk sang kerang yang kemasukan pasir tadi. Kerang-kerang itu pun berpisah dengan ibunya. Betapa sedihnya kerang-kerang itu. Tapi tiba-tiba terdengar teriakan ibu kerang:

“Jangan bersedih anak-anakku. Inilah saatnya kalian berhenti bermain. Sekarang saatnya kalian memberi manfaat pada manusia. Itulah tujuan hidup kalian. Berilah manfaat yang sebesar-besarnya.“

Anak-anak kerang pun mengerti. Mereka mentaati ibunya. Mereka akan memberi manfaat yang terbaik bagi manusia.

Sang nelayan sampai di darat. Ia dan istrinya memeriksa kerang-kerang itu. Betapa senangnya ketika mereka mendapati ada satu kerang yang ada mutiaranya. Suami istri nelayan itu pun memanggil anak-anaknya. Budi dan Diah.

“Nah Budi, Diah, ayah menemukan kerang mutiara. Ayah akan menjualnya. Harganya sangat mahal. Uang hasilnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki rumah, dan biaya sekolah kalian.“

Budi dan Diah sangat senang. Tadinya mereka sangat sedih. Mereka ingin melanjutkan sekolah, tapi tidak ada biaya. Tapi sekarang, masalah itu bisa diatasi. Mereka sangat bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada sang kerang. Meski kerang itu telah mati. Budi dan Diah akan menguburkan sang anak kerang. Di atasnya ada tulisan :

“Kerang Mutiara. Pahlawan Budi dan Diah“

Bagaimana dengan saudara-saudara sang anak kerang? Mereka akhirnya direbus istri sang nelayan. Mereka dijual di pasar dengan harga Rp. 100,- per buah.
Begitulah kisah kerang mutiara dan kerang rebus ini.

Apa yang bisa kita pelajari? Ada beberapa.

Pertama : BERANI MENAHAN KESAKITAN

Sang anak kerang berhasil menjadi kerang mutiara. Ia berhasil memberikan manfaat yang besar bagi keluarga sang nelayan. Itu adalah hasil sikapnya ketika tubuhnya kemasukan pasir.

Sang anak kerang kesakitan. Tapi ia tetap bertahan. Ia terus berusaha. Ia tidak putus asa. Itulah pilihan sikap yang luar biasa. Banyak orang yang ketika ditimpa masalah, mereka lari dari masalah itu. Masalahnya tidak selesai. Bahkan masalah itu membesar. Itulah akibat lari dari masalah.

Banyak orang juga yang berhenti berusaha. Misalnya ingin jadi pebisnis sukses. Mereka sudah mulai berbisnis. Eh, di tengah jalan timbul masalah. Mereka berusaha menyelesaikannya. Tapi tidak selesai-selesai. Akhirnya mereka menyerah. Cita-cita ingin jadi pebisnis sukses pun terkubur dalam.

No Pain No Gain, kata orang bijak. Kita punya juga peribahasa bagus : “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”. “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”

Setiap kita pasti ingin mempunyai nilai diri yang tinggi. Apakah jadi pintar, kreatif, pengusaha sukses, artis terkenal, pejabat tinggi, jadi ulama besar, dan sebagainya. Keinginan itu bagus sekali. Anda harus mulai berusaha ke arah sana.

Yakinlah kalau di tengah jalan anda pasti berhadapan dengan masalah. Nah, ketika anda berhadapan dengan masalah itu, ingatlah cerita ini. Tanyakan pada diri anda : “Saya mau jadi kerang rebus atau kerang mutiara?”

Saya yakin anda ingin jadi kerang rebus. Karena itu, bangkitlah. Berusaha sampai sukses. Tahan kesakitan-kesakitan. Jadilah manusia disiplin. Meski disiplin itu menyakitkan, tapi hasilnya setimpal.

Makna kedua dari cerita itu adalah :
JADILAH MANUSIA TERBAIK. MANUSIA YANG MEMBERIKAN MANFAAT TERBAIK BAGI SESAMA.

Kerang mutiara telah berjuang keras. Ia melalui banyak rintangan. Ia bertahan. Karena itu, ia menjadi kerang yang bernilai tinggi. Ketika mutiaranya di jual, harganya tinggi sekali. Dengan nilai yang tinggi, ia bisa memberi manfaat yang tinggi pula.

Berbeda dengan kerang biasa. Nilai mereka jauh lebih rendah dari kerang mutiara. Karena nilainya rendah, manfaat mereka pun rendah.

Untuk itu, jadilah kerang mutiara. Kerang mutiara memberi manfaat jauh lebih banyak dari kerang rebus. Satu kerang mutiara bisa berharga ribuan kerang rebus.

Untuk bisa melakukan ini, kita harus punya pola pikir memberi. Jadi, kalau ketemu orang, pertanyaan dalam benak kita adalah: “Manfaat apa yang bisa saya berikan untuk orang ini?“

Pola pikir memberi adalah pola pikir hebat. Semua orang sukses melakukannya. Lihatlah orang yang punya perusahaan. Makin banyak orang yang diberi manfaat olehnya, makin sukses perusahaan itu.

Inilah salah satu rahasia orang sukses. Ini juga rahasia kenapa tidak banyak orang sukses. Tidak banyak orang yang berpola pikir memberi. Mereka berpikir sebaliknya. “Apa yang bisa saya dapat?”

Pola pikir:”Apa yang bisa saya dapat?” adalah pola pikir orang gagal. Ia akan bertindak sesuai pikirannya. Karena pikirannya gagal, tindakannya juga tindakan gagal.

Kenapa disebut pikiran gagal? Karena tidak menyenangkan berinteraksi dengan orang yang pola pikirnya begini. Akibatnya, tidak ada yang mau bergaul dengannya. Padahal sukses akan didapat melalui bergaul dengan orang lain.

Makna ketiga dari cerita ini adalah :
JANGAN PEDULIKAN HAL-HAL NEGATIF DARI ORANG LAIN

Ketika sang kerang kesakitan, ia diledek oleh saudara-saudaranya. Meski pun sakit, sang kerang mutiara diam saja. Ia tidak membalas perlakuan buruk saudaranya. Ia hanya terus berusaha agar kesakitannya hilang.

Ini sikap yang luar biasa. Bayangkan bila sang kerang justru membalas. Ia marah. Ia balas mengejek saudara-saudaranya. Apa yang akan terjadi? Sang kerang mutiara mungkin akan kehabisan tenaga. Ia harus bertahan dari kesakitannya dan marah. Sang kerang mungkin saja mati.

Ini terjadi dengan banyak orang. Mensikapi situasi buruk dengan marah. Misalnya anda seorang suami. Anda pulang ke rumah dalam keadaan lapar. Tubuh anda lemas tak bertenaga. Ketika anda buka lemari makan, ternyata tidak ada makanan. Apa yang akan anda lakukan pada istri anda di rumah?

Kebanyakan orang akan marah. Entah darimana tenaga marahnya. Tapi, ia bisa memarahi istrinya yang belum masak. Sebenarnya ia sedang membuang-buang tenaga percuma. Setelah marah, ia pasti merasa lebih lapar lagi.

Karena itu, berhentilah bersikap negatif pada orang lain atau suatu situasi. Pada orang dan situasi yang negatif sekalipun. Sikap terbaik pada orang negatif adalah justru bersikap baik. Sikap terbaik pada situasi negatif adalah belajar dari situasi itu.

Berilah orang, yang pelit pada anda. Tersenyumlah pada orang yang cemberut pada anda. Sapa dan kunjungi lah orang yang memusuhi anda. Beri hadiah. Kata orang bijak, “Seseorang disebut kuat, bila ia bisa menahan amarahnya.“ Anda pasti mau jadi orang yang kuat, kan.

Ada satu pendapat bagus dari Aa Gym. Kata beliau, kita harus berterima kasih pada orang yang memusuhi kita. Kenapa begitu? Karena, orang yang memusuhi kita adalah orang yang paling sering mengingat kita.

Hampir sama dengan orang yang mencintai kita. Karena itu berterima kasihlah.

Jangan dengarkan hal-hal negatif dari orang lain. Bila kita mendengarkan, maka kita akan jadi orang yang negatif pula. “Kita adalah apa yang kita dengar“.

Bila kita hanya mau mendengar hal-hal baik saja, maka kita hanya akan berpikir hal-hal baik. Bila kita berpikir hal-hal baik, kita hanya mengucapkan dan melakukan hal-hal baik. Begitu pula sebaliknya.

Hanya mendengar hal-hal baik, bukan berarti kita tidak mendengar hal-hal buruk. Tapi, bila kita mulai mendengar hal-hal buruk, kita menjauh. Atau kita berusaha memperbaikinya.

Misalnya, kita lagi ngobrol dengan teman-teman. Tiba-tiba, obrolan koq jadi ngomongin keburukan teman kita yang lain. Nah, saat itulah kita coba membelokkan kembali arah obrolan. Bila tidak mampu, kita yang menyingkir dari obrolan itu. Jangan malah tambah semangat.

Nah, dalam perjalanan anda menuju sukses, pasti ada orang yang justru menghambat anda. Kata-katanya negatif. Bukannya memberi semangat, malah melemahkan semangat. Bukannya memberi solusi, malah memberi masalah baru. Bukannya mendamaikan, malah ngomporin. Nah, saya sarankan jauhilah orang-orang seperti ini. bila anda terus berdekatan dengan orang begini, lama-lama anda akan juga jadi orang yang sama.

Hal keempat yang bisa kita pelajari :
BALASLAH PERBUATAN BAIK DENGAN PERBUATAN YANG LEBIH BAIK

Budi dan Diah, dua orang anak sang nelayan. Kedua anak ini menguburkan sang kerang dengan tulisan yang sangat mengharukan:

KERANG MUTIARA, PAHLAWAN BUDI DAN DIAH.

Tulisan itu menunjukkan, keduanya adalah anak yang tahu balas budi.
Karena jasa kerang mutiara, mereka berdua bisa melanjutkan sekolah. Mungkin bila tak ada kerang mutiara, pendidikan mereka akan terbengkalai. Itulah sebabnya, mereka sangat berterima kasih pada sang kerang.

Mereka anak-anak yang tahu balas budi. Mereka pun akan jadi ’Kerang Mutiara’.

Membalas perbuatan baik dengan perbuatan yang lebih baik adalah kunci sukses lain. Ia terbukti manjur. Bila anda menerima perbuatan baik dari orang lain, anda pun membalasnya dengan lebih baik. Kira-kira apa yang akan dilakukan orang itu? Saya yakin, ia akan memberi anda hal-hal baik lagi. Begitu seterusnya. Anda dan dia jadi orang baik. Bukan hanya itu, anda dan dia AKAN MENJADI ORANG BESAR.


http://www.pengembangandiri.com/articles/34/1/Kerang-Rebus-dan-Kerang-Mutiara/Page1.html

Thursday, November 20, 2008

CONTAINER HANDLING FEE REVOKED AFTER PROTEST

The Jakarta Post , Jakarta Fri, 11/14/2008 11:06 AM Business

After a fierce protest from shipping companies, the Ministry of Transportation temporarily revoked Thursday a new set of Terminal Handling Charge (THC) fees and returned to the old charges.

On Nov. 1, the ministry set new THC fees -- the charges exporters or importers have to pay to shipping companies -- at US$95 for a 20-foot container and $145 for a 40-foot container, lower than the previous charges of $117 and $177, respectively.

The ministry however kept the Containter Handling Charge (CHC) -- the fee the shipping companies have to pay to port administrators which is part of the THC -- unchanged at $83 for 20-foot containers and $124.5 for 40-foot containers.

The result was that the new regulations slashed the income of the shipping firms, who objected to this as soon as the changes were introduced. There were even reports that some shipping companies had refused to carry out their activities at the Tanjung Priok port, in protest at the new tariffs.

Tanjung Priok is the largest port in the country, where more than 60 percent of exports and imports take place.

Against that backdrop, the ministry revoked the new rules.

Herry Asmari, chief of the container division in the Indonesian National Shipowners Association (INSA), said the revocation was made after a meeting early in the day among representatives of INSA, traders and government officials.

Herry said that the ships are now allowed to use the old charges and issues related to a more permanent fee adjustment will be discussed further.

"We are very thankful and we respect their decision," he said.

Agus Barlianto, public relations manager of the Jakarta International Container Terminal (JICT) which handles a part of Tanjung Priok port, said shipping companies had begun resuming their operations immediately after the revocation decision.

"After the record detailing the decision was distributed this (Thursday) afternoon, ships started to collect containers from the harbor," Agus said, adding that dozens of ships had refused to operate earlier in the day and Wednesday. (dis)


http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/14/container-handling-fee-revoked-after-protest.html

INTERNATIONAL SHIPOWNER AGREE TO CUT THC

Zakki P. Hakim, The Jakarta Post, Jakarta

Global firms grouped under the Overseas Shipowner Representatives Association (OSRA) has agreed to cut the much-debated Terminal Handling Charge (THC) to between US$120 to $130 per 20-foot container (TEUs), according to a minister.

Minister of Transportation Hatta Radjasa said on Monday the shipping firms had finally agreed to cut the charge in Indonesian ports, following the government's commitment to reduce costs charged to importers and exporters, and eventually ease the high cost economy.

""They see that we are serious in removing the illegal costs in our ports,"" Hatta said of the reasons behind the international shipping lines' willingness to cut the THC despite the nation's relatively weak bargaining power.
Indonesia has little to bargain with as shipping activities in the country heavily depend on foreign shipping lines, leaving local traders with little option but to comply.

The minister said further meetings with stakeholders were still needed to determine the details and date of implementation of the new rate.

By definition, THC is a kind of surcharge a shipping line imposes on its customers, over an above the overall ocean freight rates, to help cover extra operational costs in terminals.

The local private sector has said that the surcharge was illegal as all costs should be included in ocean freight rates, while shipping lines claim that they need the surcharge to cover numerous ""invisible"" costs in Indonesian ports.

Local business associations said that the THC makes Indonesian goods less competitive on the international market.

Currently, shipping lines impose a THC of $150 for a 20-foot container and $230 for a 40-foot.

Earlier this year, a government's special team for improving trade relations recommended to the government to assist exporters and importers to negotiate with international shipping lines on the issue.

The special team, which consists of various stakeholder representatives in the shipping industry, recommended that THC should be limited to $120 per TEU.

THC was introduced in Europe in the 1980s on the request of European shippers.
Over time, the practice was also implemented in Asian ports including in China, Japan, Hong Kong, South Korea, Taiwan, Singapore, Malaysia, Thailand, the Philippines and Indonesia.

However, THC was imposed on practically all shipping customers across the globe during the Gulf War in early 1990s.

The argument was that shipping routes to Europe through the Middle East faced far higher risks, therefore aside from the freight rate, shipowners charged the additional fee known as THC.

The Gulf War is now over, but the conferences of shipowners have maintained the THC.


http://www.thejakartapost.com/news/2005/07/26/international-shipowners-agree-cut-thc.html

Thursday, November 13, 2008

KEPEPET VS IMING-IMING

Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi.
Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens.
"Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi. Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.
"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya..
"Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi.
"Semagaat...ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target.
Kemudian si manager bertanya,
"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?".
"Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi.
Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,
"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol.
"Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui.
Itulah yang disebut The Power of Kepepet. 97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.
John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan " Establishing Sense of Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan "VISI". "Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"
Jadi analisa kembali kehidupan Anda sekarang ini. Jika Anda tidak mengubahnya, rasa sakit atau kerugian apa yang akan Anda dapatkan dimasa mendatang. Saran saya, jika Anda berada di zona yang sangat nyaman untuk tidak berubah (tidak melihat ancaman), ciptakan sedikit trigger (challenge) misalnya berupa penambahan investasi rumah. Jangan beli rumah yang sesuai dengan kemampuan bayar Anda, tapi 'sedikit lebih' dari kemampuan Anda sekarang. Nah, dengan begitu Anda mau nggak mau dipaksa untuk mencari penghasilan tambahan atau mengurangi porsi pengeluaran yang tidak penting. Langkah kedua baru pikirkan nilai investasi itu 5 sampai 10 tahun mendatang, mungkin bisa sebagai solusi pembiayaan uang sekolah anak Anda kelak. Dengan meletakkan porsi dan posisi The Power of Kepepet dan Iming-iming secara tepat, Insya Allah kita akan selalu termotivasi. FIGHT!
Sumber : Jaya Setiabudi, di milis Marketing-Forum.